IHSG vs Teroris

(tulisan yg harusnya sejak seminggu lalu di posting, tapi belonjadi2 karna keburu dapet alergi yg diikuti demam hebat yg bikin gw tepar berhari-hari... hehe lebah, eh , lebay.... =))



Meledaknya bom di hotel jw marriot utk kali kedua pada jumat pagi kemaren bener2 disayangin banget. Sayang karna jw mariot jadi kayak keledai yg terperosok dua kali ke dalam lobang yg sama. Sayang karna banyak memakan korban. Sayang karna MU batal ke Jakarta dan kerugian bagi promotor maupun masyarakat. Sayang karna presiden SBY terlalu buru2 ngeluarin stetmen yg ‘ke-geer-an’. Sayang karna merusak citra Ind’sia yg baru aja dipuji2 karna pelaksanaan pemilu yg aman, dan sayang karna lagi-lagi disangkutpautkan dg ajaran Islam (suatu pendapat yg tak beralasan).
Namun keliatannya efek buruk ledakan ga berlanjut ke pasar modal Ind’sia yg diukur melalui IHSG. IHSG pada jumat lalu ditutup di level 1.206 atau hanya turun 11 poin( 0.55%). Penurunan indeks yg tajam terhindarkan karna bom meledak pada akhir minggu dimana biasanya emang pada akhir minggu volume perdagangan lebih kecil karna aksi profit taking investor untuk merealisasikan keuntungan selama seminggu. Melemahnya indeks yg tergolong wajar juga ga lepas dari kondisi eksternal (indeks regional) yg mulai membaik serta adanya penguatan harga komoditas utama dunia (jawa pos, 18juli’09). Bahkan saham Holcim (SMCB),dimana presdir mereka turut menjadi korban, ditutup melemah cuman 50 poin, hanya setengah dari penurunan saham sesama produsen semen lainnya, semen gresik (SMGR), yg turun 100 poin.
Bisa dibilang IHSG udah cukup imun terhadap dampak aksi2 pengeboman yg terjadi di ind’sia. Dari tragedi-tragedi pengeboman kek itu, yg sangat berpenagruh pada pasar adalah peristiwa bom Bali I dan bom jw marriot I. Pada bom bali I yg menewaskan 202 orang, IHSG jatoh ampe 10.36%, sementara bom jw marriot I pada Agustus 2005 IHSG turun 3.05%. (kompas, 18juli’09)
Sedangkan pada aksi-aksi peledakan lainnya, pasar bisa bertahan, bahkan IHSG meningkat. Seperti waktu kejadian bom Kedubes Ostrali dan bom bali II. Pengeboman kedubes ostrali pada 2004 ‘hanya’ mampu mengoreksi IHSG sebesar 6.95 poin atau (-0.9%). Bahkan pada bom bali II IHSG justru meningkat 0.38%, walopun waktu itu beberapa saham bluechip seperti ASII sempat rontok, itu justru lebih karna faktor dinaikkannya harga BBM oleh pemerintah yg beriringan dengan kejadian penegboman. (andy porman, 2007)
Kemampuan indeks untuk bertahan terhadap isu-isu buruk tentang pengeboman ga bisa dilepasin dari kemampuan investor di bursa Ind’sia yg masih bisa berpikir jernih dan keyakinan bahwa Ind’sia masih merupakan tempat yg aman untuk berinvestasi (walopun gw kurang seneng karna yg investasi di ind’sia kebanyakan orang asing). Moga-moga IHSG yg bertahan dari serangan teroris itu ga cuma sekadar bubble yg bisa berdampak buruk terhadap perekonomian Ind’sia.
Oya, semoga para teroris tsb segera insap en ngegunain ilmu mereka untuk hal-hal yg lebih bermanfaat untuk orang banyak. Amiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar