Standar Ukuran Pakaian Versi Minang

Beberapa hari setelah Padang diguncang gempa 30 september 2009 lalu, banyak beredar sms-sms nyeleneh, mulai dari yang lucu-lucu ampe yang nakut-nakutin (dalam rangka menikmati layanan CSR Telkomsel berupa sms gratis en nelpon murah.

Gitu juga dengan gempa Jawa Barat yg terjadi beberapa minggu sebelum gempa Padang, seperti dicritain ulang dalam sebuah harian oleh seorang jurnalis (gw lupa nama koran n penulisnya), salah satu sms nyeleneh itu berbunyi:
“BREAKING NEWS: Malaysia baru saja mengklaim bahwa gempa yang terjadi di Jawa Barat barusan adalah MILIK MEREKA!”

Alih-alih bertema gempa, sms tersebut mencoba nyindir M’sia yg beberapa tahun belakangan doyan banget ngaku-ngakuin kebudayaan kita sebagai budaya mereka.

Dan ternyata temen-temen, yg suka nyolong hasil kreatif Ind’sia ga cuman M’sia aja, setelah gw teliti secara komprehensif (taela..), negara barat turut pula mengklaim hasil karya anak bangsa dimana itu adalah budaya nagari Minangkabau. Karya kreatif itu berupa: standar ukuran pakaian L, M, dan S.

Kenapa demikian? Jadi menurut asumsi sotoy gw, ukuran-ukuran L, M, dan S itu merupakan standar ukuran pakaian yg dulu mula-mula berlaku di Minang, dimana:
L, menunjukkan singkatan ukuran “Laweh
M, menunjukkan singkatan ukuran “Manangah
S, menunjukkan singkatan ukuran “Saketek
Pecaya deh, coba aja tanya uda-uda sodagar kain Tanah Abang sono..hehe

Dan bangsa kulit pucat di barat sana dg semena-mena mengganti singkatan standar ukuran tadi dengan bahasa mereka menjadi L untuk ‘large’, M untuk ‘medium’, dan S untuk ‘small’. Ckck.. cerdik juga nih bule., sehingga jadilah sampai hari ini kita mengenal standar pakaian dengan bahasa inggris.

*catatan untuk post ini:
- ‘penelitian’ gw nyata-nyata ngawur en ga valid sama sekali
- yg ga ngerti bahasa minang silakan bingung ^_^
-buat mister-mister bule, ni postingan becandaan doang, don’t be angry lah..
-buat Malon, gw serius, kok muka badak banget sih?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar