JiFFest Travelling 2010

Setelah beberapa tahun hanya mendengar nama beken Jakarta International Film Festival (JiFFest) melalui liputan-liputan di media massa, akhirnya Sabtu 15 Mei kemaren gw kesampaian juga untuk menikmatinya secara langsung (walaupun dalam format Travelling,-- roadshow) di Aula Fekon Jati Unand Padang. Acara JiFFest Travelling ini bertujuan memperkenalkan dunia film baik dokumenter, indie, produksi local maupun luar negri yg susah dinikmati di bioskop komersil. Kedatangan JiFFest ini merupakan pertamakalinya di Padang dan kota kedua setelah Medan. Dan ternyata acaranya itu GRATISSS…gitu loh!!! Uhm,.

Rangkaian JiFFest Travelling 2010 di Padang dimulai dari hari Jumat 14 Mei dan berakhir hari Minggu tanggal 16 Mei. Gw cuma berkesempatan mengikuti acaranya pada hari Sabtu, itupun hanya setengah acara awal; workshop serta 2 screening movie. Tak apalah, secara acaranya GRATISSS…gitu loh!!! Uhm,.

Pada hari Sabtu tersebut, acara dimulai dengan workshop tentang penulisan skrip/naskah/scenario buat film dari seorang script writer yg filmnya turut ambil bagian di JiFFest. Pemaparan tentang proses dan seluk beluk script writingnya sih keren, tapi ruangan yg dibiarin gelap bikin gw sulit ngikutin tulisan-tulisan yang ada di whiteboard, lagian kan belum pemutaran film, napa digelap-gelapin juga. Tapi lumayan gw jadi tau dikit tentang penulisan skrip, mana workshopnya GRATISSS… gitu loh!! Uhm,.

Kelar workshop, siangnya baru acara demenan gw, fokus utama gw buat datang ke acaranya: screening movie! Kebanyakan film yg diputer saat roadshow ini film-film yg juga pernah ditampilin pada JiFFest 2008 di Jakarta. Siang itu film yang diputer berjudul Tales from Jakarta, berisikan 5 film documenter pendek berdurasi 7-16 menit. Kelima film tersebut bercerita tentang kehidupan masyarakat kecil di Jakarta, dekat dengan keseharian, namun tak terperhatikan.

Film kedua yg diputer yaitu Bulan Sabit di Tengah Laut. Bercerita tentang kehidupan sebuah keluarga yg tinggal di daerah pulau kecil Bungin, dimana masyarakat nelayan Bajo setempat sedang mengalami masa transisi antara kehidupan tradisional serta arus-arus perubahan.

Yang gw agak heran siang itu yaitu jumlah penonton yg dikit banget. Cuma sekitar 20-an orang, itupun kebanyakan merupakan panitia acara yg di Padang di handle oleh Andalas Sinematografi, sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa di Unand. Gw pikir awalnya apakah nama JiFFest kurang beken bagi masyarakat pecinta film di Padang, atau apa karena waktu itu seharian lagi hujan lebat, atau karena perhatian sebagian lainnya tersedot dengan kehadiran Raditya Dika yg juga hadir berbarengan di kampus Unand? Tapi setelah membaca jadwal screening movie-nya, gw punya pandangan lain, gw berpendapat jumlah penonton yg minim saat itu karena film-film unggulan baru diputer pas sore dan malamnya.

Padahal film-film documenter yg diputer siang itu ga kalah menariknya. Tapi mungkin orang-orang emang lebih suka datang malam untuk menyaksikan screening Buenos Aires 1977, Letters to the President, ato film-film lokal kek cin(t)a, or Muallaf. Yah, kapan lagi kesempatan nonton film-film keren bertaraf internasional sepuasnya? Mumpung GRATISSS….gitu loh!!! Udah ah…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar