Berita-berita tentang UAN yang gw denger kok makin macem-macem aja ya? Ada sekolah yang tiap kelas ujiannya dipasangin CCTV, ada yang toilet sekolahnya dijagain polisi, ada juga yang distribusi soal ke sekolah-sekolah sampe dikawal sama Densus. Kesimpulan gw: peserta UAN di Indonesia udah disamain dengan pelaku kriminal!
Siapa tau aja ada siswa ketengkep CCTV lagi nyontek terus tiba-tiba ada teriakan dari pengeras suara sekolah, “PESERTA UJIAN NOMOR XXXSEKIANSEKIAN ANGKAT TANGAN DAN JANGAN BERGERAK! ANDA SUDAH KAMI KEPUNG!!!”
Atau ada siswa yang lagi permisi ke toilet, pas di depan toilet kena cegat sama si Polisi, “Stop! Anda mau kemana ha!!?”
Siswa: Mau pipis nih pak, ga tahan,…
Polisi: Enak aja, liatin dulu nomor peserta sama kartu pelajar kamu!
Siswa: Ini pak.,udah boleh masuk? Kebelet ba…ngettt…
Polisi: Belum! Kamu saya geledah dulu untuk mastiin ga bawa contekan apapun!
Siswa: Ah kelamaan Pak., damai aja deh gimana? Damai gitu…
Polisi: Ya udah, mana sini ‘tanda damai’nya?? Tapi apa ini kok ada bau pesing?
Siswa: Yaelah bapak kelamaan sih….
Gambar
Atau mungkin juga…. “Nguiiing…nguiiing…(suara sirene maksudnya)”. Warga sekitar udah pada ngumpul, “Ada apa ini, kenapa ada Densus di sekolahan? Ada bom kali ya?”
Tim Densus: “WARGA SEKALIAN DIHARAP TENANG! DI SEKOLAH INI AKAN ADA UAN. DEMI KESELAMATAN WARGA DIHARAP TIDAK MENDEKAT DARI RADIUS 100 METER!!! DALAM DUA JAM KEDEPAN KONDISI AKAN KAMI AMANKAN. AYO SEGERA MENGUNGSI KE TEMPAT AMAN TERDEKAT, DAHULUKAN WANITA DAN ANAK-ANAK.”
Ada-ada aja nih UAN sekarang, apa tahun-tahun berikutnya sudah pakai aparat keamanan PBB atau NATO kali ya?
Pemaaf yang Tak Sebanding
Sore hari lalu gw menonton sebuah berita sore di sebuah stasiun tivi. Disebut berita sore karna beritanya tayang sore hari setelah beberapa jam sebelumnya melewati apa yang disebut siang hari tentunya. Diantara berita-berita skala nasional yang ramai saat ini ada secuil berita yang menyempil, jika dibandingin dengan berita yang sedang heboh, berita ini cuma jadi selingan reportase dari daerah. Gw ga terlalu menyimak beritanya karna ya cuman selingan tadi, tapi gw terpancing dengan orang yang diwawancarai oleh reporter.
Gambar
Kalau ga salah itu berita tentang sengketa-sengketa apa gitu dan baru selesai setelah pihak bersengketa berdamai. Orang itu, yang diwawancarai itu, bilang, “Kita sudah menyelesaikan masalah ini secara baik-baik. Keluarga kami pun mencoba dengan ikhlas memaafkan, bukankah Tuhan saja Maha Memaafkan umatnya, kenapa kita nggak?” Dengar. Ucapan terakhir sepertinya sering kita dengar kan?
Tuhan itu memang sudah adanya Maha Pemaaf, bahkan, seperti yang dikisahkan Abdurrahman bin Ghanmam Al-Daws, ketika Mu’adz bin Jabal mendatangi Rasulullah sambil menangis sesenggukan karna telah berbuat dosa, dengan senyum Rasul berkata, “Allah akan mengampuni dosa-dosamu meskipun dosamu sebesar tujuh bumi berikut lautannya dan menjulang ke langit beserta bintang-gemintang yang ada padanya”. Tu kan, Tuhan akan memaafkan seluruh dosa umatnya yang bertaubat selama bukan dosa musyrik.
Manusia ciptaan Tuhan juga diberkahi nurani lembut untuk memaafkan sesama, tapi ucapan maaf kita sebagai umat manusia yang disertai “Tuhan aja Maha Pemaaf, kenapa kita nggak?” itu seakan-akan kita mencoba menyamai Tuhan. Coba deh, kita memaafkan orang lain, karena kita mengambil perbandingan dengan Tuhan Yang Maha Pemaaf, maka kita coba memaafkan orang yang bersalah tersebut. Bukankah itu sama aja bandingin diri kita dengan Tuhan?
Mungkin maksud kita ngucapin itu memang bukan untuk menyamakan diri kita sama Tuhan, gw bahkan salut dengan orang-orang pemaaf itu dan ingin juga bisa menjadi mulia seperti mereka, tapi akan lebih mulia kalau ketika kita memafkan itu ngambil pembanding yang sepadan, karna untuk itulah Tuhan mengutus Rasul di bumi sebagai panutan. Mbok ya jangan sama Tuhan gitu… ^_^
Gambar
Kalau ga salah itu berita tentang sengketa-sengketa apa gitu dan baru selesai setelah pihak bersengketa berdamai. Orang itu, yang diwawancarai itu, bilang, “Kita sudah menyelesaikan masalah ini secara baik-baik. Keluarga kami pun mencoba dengan ikhlas memaafkan, bukankah Tuhan saja Maha Memaafkan umatnya, kenapa kita nggak?” Dengar. Ucapan terakhir sepertinya sering kita dengar kan?
Tuhan itu memang sudah adanya Maha Pemaaf, bahkan, seperti yang dikisahkan Abdurrahman bin Ghanmam Al-Daws, ketika Mu’adz bin Jabal mendatangi Rasulullah sambil menangis sesenggukan karna telah berbuat dosa, dengan senyum Rasul berkata, “Allah akan mengampuni dosa-dosamu meskipun dosamu sebesar tujuh bumi berikut lautannya dan menjulang ke langit beserta bintang-gemintang yang ada padanya”. Tu kan, Tuhan akan memaafkan seluruh dosa umatnya yang bertaubat selama bukan dosa musyrik.
Manusia ciptaan Tuhan juga diberkahi nurani lembut untuk memaafkan sesama, tapi ucapan maaf kita sebagai umat manusia yang disertai “Tuhan aja Maha Pemaaf, kenapa kita nggak?” itu seakan-akan kita mencoba menyamai Tuhan. Coba deh, kita memaafkan orang lain, karena kita mengambil perbandingan dengan Tuhan Yang Maha Pemaaf, maka kita coba memaafkan orang yang bersalah tersebut. Bukankah itu sama aja bandingin diri kita dengan Tuhan?
Mungkin maksud kita ngucapin itu memang bukan untuk menyamakan diri kita sama Tuhan, gw bahkan salut dengan orang-orang pemaaf itu dan ingin juga bisa menjadi mulia seperti mereka, tapi akan lebih mulia kalau ketika kita memafkan itu ngambil pembanding yang sepadan, karna untuk itulah Tuhan mengutus Rasul di bumi sebagai panutan. Mbok ya jangan sama Tuhan gitu… ^_^
Yang Terbaru dari Bursa, Ini Baru Bursa!
Tahun 2011 masih di bulan keempat, tapi Bursa Efek Indonesia (BEI)sudah dihiasi gebrakan-gebrakan terbaru. Bulan Februari, Garuda Indonesia Airways (GIAA) menjadi emiten penerbangan pertama yang listing di bursa Indonesia (walaupun sahamnya langsung keok dari sejak hari pertama hingga sekarang, tapi ini tetap sebuah langkah maju). Bulan ini satu lagi sebuah perusahaan pertama di bidangnya yaitu PT. Sejahtera Anugrahjaya Tbk. (SRAJ), yang menjadi perusahaan Rumah Sakit pertama di BEI. Salut., Harapan gw sih besok lebih banyak lagi perusahaan pada sektor-sektor lain yang bakal ikutan listing, seperti klub sepakbola misalnya (seperti di eropah misalnya)
Gambar
Gebrakan lain BEI adalah sertifikasi halal perdagangan saham yang akan disahkan oleh MUI, dannnnn.... yang paling baru: terintegrasinya tujuh bursa di ASEAN menjadi ASEAN linkage atau ASEAN Exchange! Gw udah coba buka-buka situsnya www.aseanexchange.org , menurut gw MASIH BANYAK hal yang harus disempurnakan dari konsep ASEAN Exchange tersebut. Sehingga dalam beberapa tahun lagi perdagangan saham bisa kita lakukan antar batas ASEAN.
Well gw nunggu gebrakan terbaru lagi dari bursa kita. Ini baru bursa!
Gambar
Gebrakan lain BEI adalah sertifikasi halal perdagangan saham yang akan disahkan oleh MUI, dannnnn.... yang paling baru: terintegrasinya tujuh bursa di ASEAN menjadi ASEAN linkage atau ASEAN Exchange! Gw udah coba buka-buka situsnya www.aseanexchange.org , menurut gw MASIH BANYAK hal yang harus disempurnakan dari konsep ASEAN Exchange tersebut. Sehingga dalam beberapa tahun lagi perdagangan saham bisa kita lakukan antar batas ASEAN.
Well gw nunggu gebrakan terbaru lagi dari bursa kita. Ini baru bursa!
Tetap Solat Dulu atau Nggak?
Gambar
Gw ditanya temen, "Rif, kalau lu lagi solat trus ada orang yang ngambil tas yang isinya barang penting ato berharga yang lu taruh di deket lu, lu tetep lanjutin solat atau hentiin orang itu?" Gw menung bentar, tepatnya menung dan mikir, karna ada juga yang bermenung belum tentu lagi mikir...
Habis itu gw jawab, "Gw bakal tahan tu orang."
"Berarti lu batalin solat lu?"
"Solat gw kan bisa ulang lagi habis itu, tapi kalau orang itu terus lari gw ga bakal bisa ngejar lagi". Gw lanjutin, "gw pikir Allah tentu tau alasan kenapa gw batalin solat kek gitu, lagian bukankah dalam agama kita diwajibin menjaga harta kita?"
Gw jawab gitu karna inget cerita ustad, kalau kita lagi berdoa dalam hati trus ada yang ngucapin salam ke kita, kita bisa pending doanya dan menjawab salam itu, karna walaupun dua-duanya itu wajib, tapi kan orang ga tau kita lagi berdoa sehingga kalau kita tetep berdoa bisa menimbulkan wasangka, sedangkan Allah tau urgensi kita.
Apa jawaban gw tadi terlalu duniawi dan salah? Ada tau jawaban yang seharusnya dilakukan dalam kondisi kek gitu?
Gw ditanya temen, "Rif, kalau lu lagi solat trus ada orang yang ngambil tas yang isinya barang penting ato berharga yang lu taruh di deket lu, lu tetep lanjutin solat atau hentiin orang itu?" Gw menung bentar, tepatnya menung dan mikir, karna ada juga yang bermenung belum tentu lagi mikir...
Habis itu gw jawab, "Gw bakal tahan tu orang."
"Berarti lu batalin solat lu?"
"Solat gw kan bisa ulang lagi habis itu, tapi kalau orang itu terus lari gw ga bakal bisa ngejar lagi". Gw lanjutin, "gw pikir Allah tentu tau alasan kenapa gw batalin solat kek gitu, lagian bukankah dalam agama kita diwajibin menjaga harta kita?"
Gw jawab gitu karna inget cerita ustad, kalau kita lagi berdoa dalam hati trus ada yang ngucapin salam ke kita, kita bisa pending doanya dan menjawab salam itu, karna walaupun dua-duanya itu wajib, tapi kan orang ga tau kita lagi berdoa sehingga kalau kita tetep berdoa bisa menimbulkan wasangka, sedangkan Allah tau urgensi kita.
Apa jawaban gw tadi terlalu duniawi dan salah? Ada tau jawaban yang seharusnya dilakukan dalam kondisi kek gitu?