Pemaaf yang Tak Sebanding

Sore hari lalu gw menonton sebuah berita sore di sebuah stasiun tivi. Disebut berita sore karna beritanya tayang sore hari setelah beberapa jam sebelumnya melewati apa yang disebut siang hari tentunya. Diantara berita-berita skala nasional yang ramai saat ini ada secuil berita yang menyempil, jika dibandingin dengan berita yang sedang heboh, berita ini cuma jadi selingan reportase dari daerah. Gw ga terlalu menyimak beritanya karna ya cuman selingan tadi, tapi gw terpancing dengan orang yang diwawancarai oleh reporter.
Gambar
Kalau ga salah itu berita tentang sengketa-sengketa apa gitu dan baru selesai setelah pihak bersengketa berdamai. Orang itu, yang diwawancarai itu, bilang, “Kita sudah menyelesaikan masalah ini secara baik-baik. Keluarga kami pun mencoba dengan ikhlas memaafkan, bukankah Tuhan saja Maha Memaafkan umatnya, kenapa kita nggak?” Dengar. Ucapan terakhir sepertinya sering kita dengar kan?

Tuhan itu memang sudah adanya Maha Pemaaf, bahkan, seperti yang dikisahkan Abdurrahman bin Ghanmam Al-Daws, ketika Mu’adz bin Jabal mendatangi Rasulullah sambil menangis sesenggukan karna telah berbuat dosa, dengan senyum Rasul berkata, “Allah akan mengampuni dosa-dosamu meskipun dosamu sebesar tujuh bumi berikut lautannya dan menjulang ke langit beserta bintang-gemintang yang ada padanya”. Tu kan, Tuhan akan memaafkan seluruh dosa umatnya yang bertaubat selama bukan dosa musyrik.

Manusia ciptaan Tuhan juga diberkahi nurani lembut untuk memaafkan sesama, tapi ucapan maaf kita sebagai umat manusia yang disertai “Tuhan aja Maha Pemaaf, kenapa kita nggak?” itu seakan-akan kita mencoba menyamai Tuhan. Coba deh, kita memaafkan orang lain, karena kita mengambil perbandingan dengan Tuhan Yang Maha Pemaaf, maka kita coba memaafkan orang yang bersalah tersebut. Bukankah itu sama aja bandingin diri kita dengan Tuhan?

Mungkin maksud kita ngucapin itu memang bukan untuk menyamakan diri kita sama Tuhan, gw bahkan salut dengan orang-orang pemaaf itu dan ingin juga bisa menjadi mulia seperti mereka, tapi akan lebih mulia kalau ketika kita memafkan itu ngambil pembanding yang sepadan, karna untuk itulah Tuhan mengutus Rasul di bumi sebagai panutan. Mbok ya jangan sama Tuhan gitu… ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar