Kebudayaan Perayaan Pernikahan di Minangkabau yang Perlu Diperbaiki

Ini ketidakenakan yang saya rasa sejak lama. Cendrung setiap pergi kondangan, atau 'baralek' dalam istilah Minang, wilayah manapun di Minangkabau ini, selalu ada sajian hiburan musik.
Nggak aneh Tuan, bahkan budaya Barat pun menampilkan hiburan musik dalam wedding party mereka kan?

Yang mengganjal perasaan saya, hiburan musiknya itu lho, menggunakan 'orgen tunggal' yang disetel dengan volume pol, bersama dengan spiker gede bertumpuk. 

Meennnnn., dengan perlengkapan panggung yang tentu akan mumpuni jika dimainkan di areal seluas tanah lapang, kemudian malah didentumkan di acara kondangan dengan venue cuma pelataran sebuah rumah? Bad idea my bro., bad idea... 

Jadinya ketika mestinya kita bisa ngobrol asik tentang kebahagian pasangan mempelai dan betapa senangnya keluarga masing-masing, yang ada malah ngobrol dengan teriakan-teriakan yang tenggelam oleh dentuman spiker yang distel dengan tidak proporsional.

"WAAAHH,, PAKK, SELAMATT YAAA..."
"APA? KENAPAA????"
"SELAMAT BAPAKKKK... SUDAH BERMENANTU SEKARAANNGGG.."
"OO IYA, TERIMA KASIIHH.."
-Based on true story.

Bayangkan, momen untuk ngobrol jadi rusak dan tergantikan dengan acara teriakan-teriakan dan kurang menangkapnya pendengaran sehingga yang ada hanyalah usaha-usaha membaca gerak bibir lawan bicara. 

Belum lagi, lagu yang sering dibawakan, dikuasai oleh dua mainstream: Dangdut dan lagu 'ratok minang'. Bah. 
Ga ada yang salah dengan dua jenis musik tersebut. Sama-sama indah, sama sama enak di dengar, JIKA dimainkan dalam momen dan cara yang tepat. 

Terutama lagu Minang yang umumnya didominasi tentang kisah putus cinta. 
Lhaa... Dimainkan di acara perayaan pernikahan?
That's what we call with dumbass..

Dari semua acara baralek yang permah saya datangi, hanya tiga kali rasanya saya merasa nyaman dengan hiburan musiknya. 

Pertama waktu baralek salah seorang abang sepupu, yang menghibur cuman seorang pengamen dengan gitar akustik. Iya, cuman itu, (kebetulan saya sering liat itu pengamen dan memang bagus.)
Cukup satu bunyi instrumen yang nggak ribut, satu suara vokal dengan membawakan lagu-lagu kontemporer percintaan. 

Yang kedua pernikahan kakaknya si Aini, temen saya. Kebetulan karena ada keturunan Jawa. Baralek di rumahnya itu bahkan tanpa dihadiri live musician. Cuman muterin CD irama-irama slow angklung dan gamelan Jawa.
Dan distel dengan volume proporsional. Mantapp gitu kan jadinya pas denger. Ngobrol pun nggak keganggu. 

Satu lagi salah seorang kerabat keluarga dari Sungayang, hiburan musiknya menggunakan satu piano, piano ya, bukan orgen tunggal, dan seorang singer yang membaawakan lagu-lagu nuansa Jazzy dan lagu-lagu lawas pada zamannya. Adem dengernya, klop dengan suasana.

Dan tadi siang kembali saya menghadiri acara baralek dengan musik ribut sesuka hati.

Yang kemudian membuat saya jadi berdoa dalam hati. Agar terhindarnya saudara-saudara saya, ka
wan-kawan saya, bahwa agar bisa menampilkan hiburan yang menyenangkan alih-alih mengganggu dalam perayaan pernikahan mereka nantinya. 

Dan paling tidak Ya Allah, terutama untuk perayaan pernikahan saya sendiri. Lindungilah hamba dari adanya pemaksaan kehendak pihak keluarga saya atau keluarga pasangan yang ingin menggunakan orgen tunggal sebagai hiburan, karena jelas saya akan tegas menolak. Kalau akustikan sih saya mau saja Ya Allah, Engkaulah Yang Maha Pengasih.
Amiiinn...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar