Semacam Panduan Khotbah Jumat (I)


Dulu pernah saya cerita di blog ini bahwa tantangan terberat jamaah dalam ibadah jumat adalah datang sebelum kotbah dimulai dan kantuk yang melanda hebat ketika kotbah berlangsung. 

Untuk masalah kantuk tersebut, setelah dipikir-pikir, tantangannya itu juga ada pada khotib Jumatnya. 

Seperti kita tau, dalam memberi kutbah, isi kajiannya tidak boleh sesuatu hal yang membangkitkan emosi jamaah, ntah itu jadi ketawa, marah, nangis dsb. Betapa sakralnya kotbah itu. Beda kan kalau kayak ceramah-ceramah diluar itu. Bebas mah khatib mau ngasih pengajian apa dengan style seperti apa. 

Jadi karena terhambat batasan-batasan itulah ada tantangan tersendiri bagi para khotib. Mereka mesti menyampaikan pengajian dengan ritme sedang yang membuat ngantuk. Maka solusinya adalah membuat isi kotbah tersebut menarik agar jamaahnya tidak ketiduran. 

Saya, sering ketiduran pas kotbah itu. Juga jamaah yang lain. Nggak, nggak, saya yakin semua laki-laki yang Jumatan pernah mengalami ketiduran ketika kotbah berlangsung. Entah itu di masa kecilnya, entah pun itu hanya sebuah tidur selayang. 

Dan kalau kemudian jika tiba saatnya hari perhitungan amal dilakukan dan malaikat memeriksa saya, kemudian bertanya, “Hai hamba Allah, kenapa kamu tidur ketika kotbah, sedangkan kamu tahu kotbah itu adalah pengganti dua rakaat salat?!!”

Telah disebutkan riwayat-riwayat, bahwa di hari akhir nanti manusia akan saling menyalahkan. 

Maka mungkin saja saya akan menjawab begini, “Maafkan saya malaikat, tapi bagaimana mungkin saya nggak ketiduran, kalau Khotib Fulan itu ngasih kotbah membosankan.”

Nah lo, bagi para khotib jumat, kalau ada total ratusan orang yang pernah tertidur selama engkau memberi kotbah, dan dihari akhir semua menyalahkanmu karena ketidakmampuanmu menarik atensi jamaah, bagaiamana???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar