Opa Warren Buffet ke Padang

Bagaimana mungkin kekasihmu pulang jauh-jauh tapi kau malah jadi sedih bukannya senang? Mungkin saja Tuan, seperti saya sekarang ini yang sedih karena kekasih ada kesempatan pulang selama seminggu. Bagaimanapun luapan gembira menjadi gagal keluar karena saya tau seminggu itu sih waktu yang pendek. 

Terlalu pendek karena kantor saya yang mulai kegiatan rehabnya pas di minggu ini pula yang menyebabkan saya kebagian jatah jaga piket malam dan akhir minggu. Atau juga pendek seperti sebelumnya yang terjadi, meskipun dia lama di sini saya nya ada tanggung jawab di rumah sebagai anak, sebagai adik, sebagai hanya saya pemuda yang ada di rumah. Ditambah kantor sekarang yang tidak sefleksibel sebelumnya membuat momen penebusan tanggung jawab itu menjadi sempit. Lebih sedikit waktu dan kesempatan. Tapi kan ada tanggung jawab sebagai kekasih juga? Oh iya. Itu dia.  

Saya yang hanya di sini saja kemudian menjadi sedih karena susah ketemu, apalagi dia yang sudah menyengaja datang dari jauh.  Saya pun akan ngerasa sedih jika diposisi yang sama. Itupun kalau saya boleh merasa gr.

Harusnya saat sekarang ini Opa Warren Buffet datang ke Padang. Iya, mesti sengaja datang ke Padang, meski cuma untuk beberapa menit dan kemudian berpetuah lantang pada saya, "Bukan rasa sedih yang patut kau ungkap, melainkan rasa sabar Cucu ku, bahwa sedikit pengorbanan jangka pendek akan terbayar lunas dengan kebahagiaan jangka panjang." 

Kalau saya jawab, "Tapi Opa, saya nya sedih tersebab asmara, bukan investasi." Dia kemudian akan jadi marah dan menutup kunjungannya, "Itu nasihat tak hanya berlaku di investasi bodoh, tapi untuk segala aspek hidup. Keseluruhan investasi itu adalah cerminan semua sikap manusia. Kalau kau bijak, maka bijak jugalah investasimu. Petuah yang saya berikan itu bukan hal baru. Quran mu telah sejak lama menyampaikan hal seperti itu." 

Oh, baik Opa. Benar itu Opa. Tak lagi perlu larut sedih. Atau masih? Karena kekasih membilangiku bahwa saya terlalu banyak umbar yang tak pantas di blog? Atau bukannya sedih, tapi harusnya malu?? Iya. Malu saya. 

Hmm, tapi sebagai orang Indonesia yang suka saling menyalahkan, maka saya akan menyalahkan hal seperti ini:
*gambar sensor
*Caleg-caleg artis, yang memiliki track record baik. Baik dalam ingatan lelaki dewasa.
Bayangkan, oleh orang-orang seperti itu, aspirasi macam apa yang kemudian akan terwakilkan? Bukannya saya  meremehkan, tapi saya BENAR-BENAR meremehkan. Sejak kran demokrasi dibuka, maka nasib bangsa telah dipertaruhkan di tangan orang-orang seperti itu. Dan inilah saya sebagai anak bangsa jadi seperti yang dikomplen kekasih. Alaaaaahh.. Haha, alasan ya. 

Maaf ya kekasihku, tidak lagi. Paling nggak, dikurangi. He
"Heh, Saya bilang jangan terlena oleh kesenangan-kesenangan jangka pendek!!" 
Lho Opa Warren masih di Padang? 
"Ya iya yang antar ke bandara siapa?!"
Iya deh, saya cabut dulu Tuan. 

Sekian dan terima kasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar