Kisah Singa, Serigala, dan Rubah

Ini cerita adaptasi.
Suatu hari, Singa, Serigala, dan Rubah pergi berburu. Singa adalah ketua gengnya. Dari hasil berburu, mereka berhasil menangkap seekor rusa, seekor zebra, dan seekor kelinci.

Hasil buru yang telah tumpas tersebut mereka bawa kembali ke markas mereka. Sebagai ketua geng, singa mengajak anggotanya untuk dialog masalah pembagian perburuan mereka.

“Heh, Serigala, cobalah kau bagi ini hasil perburuan kita. Bagaimana menurut kau? Sudah lapar kali aku!” Singanya ternyata turunan Batak.

“Gampang lah ketua, rusa untuk mu, zebra untukku, dan kelinci kecil itu cukuplah untuk Rubah…”

BHHUGGGG… Sebuah pukulan mendarat ke perut serigala. “Macam apa kau buat pembagian begitu?! Rubah! Coba kau sajalah yang bagi. Awas kalau tak adil!” Singa marah akibat pembagian Serigala yang dinilai tak adil.

“Begini saja ketua, kelinci untuk sarapan ketua, zebra untuk makan siang ketua, dan rusa untuk makan malam ketua. Bagaimana ketua?”

“Ahhhh… Suka kali aku sama ide kau Rubah. Begitu adil dan cerdas…”

BHUGGG… Sekali lagi pukulan singa menghajar serigala, “Nah macam itulah harusnya kau bikin pembagian Srigala, adil!”

Begitu lah kisah gerombolan singa, serigala, dan rubah. Pesan moralnya silakan lah  Tuan Nyonya kira-kira sendiri.

Suatu hari lainnya setelah insiden pembagian jatah makan tersebut, Singa sakit. Demam tinggi begitulah. Singa kok demam ya? Tapi biar ceritanya tetap jalan ya kita lanjut saja. Semua hewan sudah datang membezuk Singa, kecuali Rubah. Bukan… bukan si Rubahnya masih terkurung di kulkas, bukan… memangnya teka-teki yang macam ituuu… Ini kan cerita.

Ya jadi semua hewan sudah datang membezuk singa kecuali rubah. Mengetahui hal itu, singa marah luar biasa. “Mana si rubah itu kenapa tak tengok aku dia!”

Serigala yang dendam kepada rubah akibat peristiwa pembagian makanan tersebut, membisiki singa, mau ngompori ini ceritanya. “Ketua, rubah itu sepertinya sudah berkhianat. Sudah tak menganggapmu sebagai raja hutan lagi…”

Grrrr… Emosi singa tersulut karena dipanasi begitu.

Tak lama berselang, rubah datang dengan tampang tak berdosa, “Maaf ketua, saya baru bisa bezuk ketua…”

“Darimana saja kau ha?! Sudah tak menganggap aku raja hutan lagi??? Serigala bilang kau sudah mau berkhianat.”

Sadar bahwa ia telah dijerumuskan oleh serigala, si rubah coba cari akal, ini rubah atau kancil ya?

“Maaf ketua, saya sebenernya terlambat bukan karna berkhianat, tapi justru karena saya peduli pada ketua, saya mencari-cari tabib dan obat untuk ketua. Sesudah diberitahu oleh tabib, makanya saya baru kesini.”
Singa yang ternyata galak tapi mudah tersentuh itu mulai mereda, “Kalau begitu cepat kau beri tahu aku apa itu obatnya? Sudah tak tahan lagi aku demam begini.”

“Tabib itu bilang, obat demam untuk singa adalah otot yang terdapat di betis serigala…”Rubah menjawab kalem.

Karena sudah tak tahan dengan sakit dan sangat ingin sembuh, tanpa pikir panjang si Singa langsung menerjang dan menggigit betis serigala dengan buas. Rrrooaaarrrr…..

Begitulah kisah singa, serigala, dan rubah. Pesan moralnya kembali silakanlah Tuan Nyonya cari sendiri ya.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar