Dasawarsa

Sepuluh tahun lalu, tahun 2004. Tahun pertama saya di SMA, tahun awal juga saya belajar nyetir. Tiap ada kesempatan, selalu saya meminta ayah mendampingi pergi belajar di jalan. Iya, menemani duduk begitu saja disamping, waktu itu kalau belajar sendiri saja rasa tak tenang. Meskipun nantinya selama perjalanan tidak akan ada percakapan. Kami masing-masing senang dalam diam.

Bahkan pernah beberapa kali kami pulang ke kampung Batusangkar cuma berdua, kami hanya bercakap ketika akan mampir solat, mampir makan, mampir isi bensin,  atau ayah ingetin saya jangan ngebut, gitu aja. Tapi kami tenang, tapi kami senang. Entah untuk Tuan Nyonya yang banyak cakap, tentu akan stress  jika ikut jalan bersama kami. Tak seru. Menurut kalian.

Setelah satu dasawarsa kemudian yang ada adalah kebalikannya. Tiap saya pulang kerja ayah ada berharap kepada saya untuk pergi keluar lagi supaya bisa beliau ikut. Jalan-jalan begitu saja, kemana saya bawa, sebagaimana 10 tahun lalu. Karena itulah hanya penghiburan aktifitasnya semenjak terkena stroke di 2011.

Ada idiom bilang bahwa orang tua, semakin bertambah umurnya, tingkahlakunya juga akan kembali seperti anak-anak sediakala. Saya sudah mendapat bukti.

Waktu sebelum saya sekolah, tiap pagi jam 7/8, saya dan kakak akan selalu menangis, karena ayah dan ibu keduanya harus pergi mengajar di kampus masing-masing. Kami dititipkan tetangga, sykurnya siang ada kakak sepupu yang jagain.

Malamnya, kami nangis lagi karna orang tua belum pulang. Kakak sepupu bingung nenangin. Ayah harus jemput ibu dulu yang jadwal ngajarnya selesai bisa sampai malam. Kakak nangis, sayanya ngambek dan marah ke ibu karena lama pulang. Tapi kadang ayah ajak kami juga jemput ibu. Sampai-sampai rumah bisa jam 8,9,10,11. Terasa kemudian bahwa itu adalah melelahkan.

Sejak saya kuliah, ibu sudah suka panik saya lama pulang, terlebih-lebih lagi sekarang. Ujung-ujungnya sampai rumah kena marah. Sama bagaimana saya dulu marah ke ibu karena lama pulang. Bedanya beliau karena kerja, saya entah karna apa.

Sejak terkena stroke juga ayah yang tidak seperti ibu, juga jadi seperti itu, Ketika masih masa training yang menyebabkan saya sering pulang dini hari, kata kakak ayah tidak ada sedikitpun bisa tidur sampai kemudian suara mobil saya terdengar di depan rumah.

Tapi ya sekarang, satu dasawarsa, tak ada lagi saya bisa ajak ayah jalan kemana suka. Ini ramadhan, tinggal ibu dan kakak saja yang berbuka karna seringnya saya tidak dapat berbuka di rumah karena telat atau acara berbuka di tempat lain.

Iya, perubahan-perubahan seperti itu memang ada, perubahan yang sudah digariskan kan? Rasanya kita cukup mengikuti garis itu yang diciptakan-Nya, sehingga bagaimanapun ada perubahan, kitanya tetap bisa tenang, tetap bisa senang, insyaAllah.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar