Sleep Science
Hurraaa… akhirnya gw berhasil mengetahui istilah medis untuk kelainan atau gangguan tidur berupa tidur yg berlebihan yg gw sebut di postingan Oktober dulu sebagai ‘kontra-insomnia’. Ternyata istilah medisnya adalah…‘Hypersomnia’.
Dan seperti diagnosis kakak, gw memang sama sekali ga memiliki kelainan kelebihan tidur, cuman kelebihan malas aja. Kemungkinan kinerja hormon melatonin yang berlebihan pun sepertinya nggak gw alami. Pupus sudah seluruh pembelaan terhadap kemalasan gw. Hehe
Gw juga baru tau bahwa gangguan tidur yang akut telah turut menjejakkan kaki dalam sejarah umat manusia. Dalam kolom iptek harian Kompas salah satu di edisi bulan Mei, dijelaskan bahwa beberapa peristiwa sejarah di dunia hanya disebabkan karena gangguan tidur, dan peristiwa-peristiwa tersebut kebanyakan berupa tragedi yang mengenaskan.
Tidak hanya kecelakaan-kecelakaan lalu lintas, sebuah pesawat ulang-alik NASA pernah gagal kembali ke bumi karena teknisinya memiliki gangguan tidur. Demikian juga dengan tragedi Chernobyl, bagaimanapun kecaman dunia terhadap kebocoran reaktor PLTN nuklir tersebut, namun sedikit orang yang tau bahwa bencana itu lebih disebabkan oleh kelalaian salah seorang operatornya yang mengalami gangguan tidur. Kita juga tau bagaimana Michael Jackson menarik perhatian dunia karena insomnia yg diidapnya hingga mengantarnya menuju kematian.
Dalam artikel di Kompas tersebut dijelaskan bahwa durasi tidur seseorang yaitu seperti huruf U, dimana kondisi normal berada pada titik lengkung dengan waktu normal tidur dan baik untuk kesehatan selama sekitar 6-10 jam. Sedangkan jika berada pada pangkal/ujung huruf, apalagi pada kutub ekstrim, yang artinya kekurangan atau kelebihan tidur, selain menybabkan kelalaian dan merusak proses berpikir, juga bisa menimbulkan penyakit pada jantung, paru-paru, sirkulasi darah dan pernapasan, dsb.
Agaknya gw juga setuju dengan pendapat nyokap temen gw di RombonganSirkus, Monika, waktu gw rame-rame ke rumahnya. Nyokapnya cerita “Si monik ini kok ya tidurnya larut terus tiap hari, sering bagadang ngerjain tugas, tidur 4 jam sehari itu udah paling lama, subuh bangun lagi buat kuliah. Emang dianya kuat dan tujuannya bagus ngejar target. Tapi hidup kan ga untuk sebentar ini aja, oke kalau nanti sukses dapetin kerja bagus, tapi gimana kalo kerjanya itu jadi terganggu penyakit akibat pola tidur ga sehat di masa muda. Sekarang emang ga apa-apa, beberapa tahun lagi baru terasa.”
Yap, kalo dipikir-pikir ada benernya kan? Kalo diibaratkan mirip dengan pertandingan marathon, pelari yang terlalu memforsir tenaga di awal-awal start akan kehabisan tenaga justru ketika menjelang mendekati garis finis, lucunya, ketika sprint di awal start sang pelari merasa akan tetap bugar hingga finis.
Demikian juga dengan kondisi tubuh dan kebutuhannya untuk istirahat, ketika masih enerjik di masa muda ini, kita merasa sanggup melakukan berbagai aktivitas tanpa istirahat cukup, namun dampak kebiasaan jelek ini baru akan berasa seiring bertambahnya usia dimana saat itu kita dituntut untuk produktif. Ayo, go health…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar