Apa yang saya takutkan dan saya malesin, di Padang, tiap bulan suci Ramadhan ini? Melewati jalanan depan Basko Plaza dan Kawasan Bandar Buat.
Untuk Basko, terkhusus ketika weekend, dan minggu akhir Ramadhan. Mennn.... Seakan warga sekota Padang kompakan pergi ke sana. Jalanan di depannya kecil, dua ruas bolak balik memang, satu ruas bisa tiga lajur. Satu lajur sudah habis untuk parkiran, satu lajur habis angkutan ngetem, tinggal satu lajur lagi buat jalan. Pret. Alternatif untuk ke pusat kota tiada lain dari jalan itu.
Solusi yang saya kira bagus untuk paling tidak mengurai macetnya, yaitu Basko bangun gedung parkir tersendiri di bekas kantor pajak lama itu. Ide lama memang, sudah banyak yang nyampein sih. Atau barangkali ide ini sekalian: selayaknyalah warga kota merubah mindset 'kewajiban' belanja menjelang-jelang lebaran gitu. Hmm,.
Lain lagi Bandar Buat. Jalanan menuju luar Kota Padang. Kendaraan-kendaraan besar pada lewat sana. Rumah penduduk banyak di sana. Pabrik semen deket sana, dan semacam mini golden triangle. Mempertemukan tiga arus utama dari arah berbeda. Dari Pasar Baru Limau Manih, Lubuk Begalung, dan dari Indarung. Pas deket perimpangan pertemuan tiga arus terdapat pasar satelit. Hoahaahaa... Bayangkan macetnya Tuan. Plus dengan kendala yang cukup sama dengan basko tadi, nggak ada jalan alterfnatif lainnya.
Solusi untuk Bandar Buat saya kira, pindahkan lokasi pasar ke tempat yang cukup jauh dari persimpangan sempit itu. Selain itu ya segera buat jalur alternatif lain. Caranya? Yah biar aja la Tuan-tuan ahli tatakota dan pembuat kebijakan itu yang nentuin, saya mah, warga kota biasa pengguna jalan.
Oya, seminggu lagi lebaran kan? Ada yang niat buat nunda barangkali? Hehe..
Bagaimanapun, tantangan justru setelah selepas Ramadhan kan? Bagaimana membawa hati yang telah disucikan oleh Ramadhan itu bisa tetap bersih? Sepakat?
Dan saya mohon maaf lahir batin sebesar-besarnya pada Tuan dan Nyonya semua, maafkan lah saya ini ya.. Plissss...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar