Dalam temaram
bulan yang mulai luruh, di sisi tropis planet kehidupan, sedikit mendesak
Matahari menyuruh bulan untuk menyingkir sesegera mungkin. Minggir Kau Bulan,
Tuhan bilang sudah saatnya aku yang tampil.
Apa, kenapa?
Karena itulah
Bumi itu, Lan. Kita memang mesti menempatkan diri secara adil.
Apa? Tapi di
bagian bumi utara dan beberapa lainnya engkau baru menyingkir setelah 20 jam.
Sehingga manusia di sana, hanya merasakan gelap dalam empat jam saja. Sepertinya
Tuhan tidak adil.
Adil kawan,
bahkan ketika saya bersinar, manusia-manusia di sana tetap berjalan dengan
menggunakan mantel, bayangkan, mereka mengenakan mantel ketika saya sedang
terik. Seakan saya tidak ada artinya kehadiran saya. Dan bayangkan, di bagian tropis yang kita hadapi ini,
mana ada manusia yang berani menggunakan mantel ketika saya tampil.
Ah ya. Lalu?
Karena dengan
aku tetap bersinar di bumi utara dan yang lainnya, bahkan pada pukul 22.00, mereka bisa terhindar dari dingin yang berlebihan.
Karena apa? Agar mereka tidak mati membeku kalau kamu yang justru hadir. Aku,
kawan, menjadi penyeimbang bagi situasi geografis yang mereka hadapi.
Hmm., ya kukira
begitu, Matahari.
Dan, dan,
bukankah, bukankah kawan, di negri tropis ini, terkadang engkau masih diijinkan
menampakkan diri di saat aku bekerja? Engkau Bulan, masih diperbolehkan Tuhan
tampil siang hari. Sehingga bagi manusia-manusia yang iseng melihat ke langit
pada siang itu, dapat berteriak-teriak ‘lihat, ada bulaannn…’ ‘iyaa,,,.siang-siang
begini? Bagus ya?’ Padahal, itu adalah saat aku bekerja dan sepantasnya beroleh
pujian. Tetapi bulatmu yang pucat masih juga terlihat meski aku telah minta
awan dan atmosfer untuk menyamarkanmu. Dan sedikitpun aku tak diberi izin untuk
sekilas tampil saat kau bekerja. Apa yang akan terjadi pada bumi jadinya
seandainya itu terjadi?
Oh tidak, aku telah berburuk sangka pada Tuhan. Terimakasih saudaraku telah mengingatkanku.
Tenang bulan,
Tuhan Maha Pemaaf, bagaimanapun inilah kita. Paling tidak inilah yang bisa kita
berikan kepada manusia di bumi, sebagai Khalifah-Nya. Tuhan telah dengan adil
menugaskan kita, dengan pembagian tegas, bahwa adil tidak selalu berarti sama
banyak kan? Juga bulan, bukankah Tuhan telah mewahyukan hamba-Nya melalui
Rasulnya Muhammad yang mulia itu, kau ingat? Yang bisa ‘membelahmu’ dengan
telunjuknya?
Haha ya, ya aku
ingat dia. Semoga keselamatan selalu tercurah kepadanya, keluarga, sahabat,
serta umatnya.
Ya,
dalam wahyunya kita disebut-sebut. Bahagialah bulan, bahwa dalam pergiliran
Bulan dan Matahari, dalam pergantian siang dan malam yang kita lakukan,
terdapat tanda-tanda kekuasaan Tuhan bagi orang-orang yang berpikir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar