Ini hari Senin, Insyaallah kalau kalender di desktop ini tidak salah. Sebenernya lagi ada tugas juga, tapi kemudian Buk Bos ada nyuruh revisi sedikit. Tapi kemudian kerangka pikir untuk revisinya ini bikin jadi bingung. Paham dan setuju sih dengan revisinya. Tapi bingung dengan menerjemahkannya secara verbal. Banyak tapi ya.
Rehat sikiit laa..
Kalau hari Senin itu trennya upacara bagi anak sekolahan. Kelas 2 sma sekitar 8-9 tahunan lalu, upacara sekali waktu itu jadi keinget, karena pada hari itu pertama saya liat langsung bagaimana itu orang kesurupan.
Ceritanya, barisan anak-anak kelas dua kacau balau dan ribut selama upacara berlangsung. Maka setelah upacara selesai, sekitar jam 9an, Wakepsek yang modis menyuruh seluruh anak kelas dua duduk dilapangan, belum boleh masuk. Matahari sudah memulai untuk jadi garang.
Jika Tuan ada 8-9 tahunan lalu itu, Tuan akan tau kalau saat itu metode pertobatan ala ESQ sedang naik daun. Karna anak-anak kelas dua ini telah dianggap sebagai pendosa dalam upacara, maka disuruhlah panas-panas itu sholawatan, bertakbir, dan ber asmaul husna bersama-sama. Ya Allah, sungguh waktu itu bukan ku tak suka, tapi jelas aksi wakepsek itu sekedar latah-latahan, hukuman seperti itu pun tidak relevan dengan kesalahan, dan mana pula ada anak-anak remaja yang bisa bertobat sungguh-sungguh di bawah terik dan dalam kondisi dipaksa.
Anak-anak kelas tiga di lantai dua dan tiga, yang gurunya belum pada masuk, dengan antusias memanaskan suasana. Dengan liarnya terdengar teriakan-teriakan "Ampuni aku Tuhaaannnn.....", atau "Tobatlah kaliaaann... Apa yang kalian cari dalam hiduuupppp...." Lucu begitu, kami dibelakang ketawa-ketawa.
Teriakan anak kelas tiga jelas mengganggu, terutama bagi wakepsek yang merasa otoritasnya sebagai 'motivator pertobatan' menjadi kehilangan wibawa. Dengan ancaman akan meng-ESQ-kan anak kelas tiga tersebut, senior-senior itu jadi keder juga. Patuh mereka ketika disuruh masuk kelas, dengan jawaban "Iya Tanteeee....". Ha, itu pasti oknum. Mana ada berani terang-terangan. Haha..
Sementara asmaul husna di lapangan tetap lanjut. Seorang cewek, kawan sekelas, mulai meratap-ratap, mengigau, bukan lagi asma Allah, tapi sudah teriak-teriak, manggil-manggil nama pacarnya. Konsentrasi siswa sedikit buyar, tapi wakepsek menanggapinya sebagai kesuskesan, "Teruskan istighfar kaliaaann.. Ingat kesalahan-kesalahan kalian, mohon ampuunn. Biarkan teman kalian itu, dia itu khusyuk dan bertobat sepenuh hati.."
Beberapa menit, berturut-turut 5 siswi lainnya, yang duduk agak teduh di dekat pohon besar meja guru piket, mengalami hal serupa kawan sekelas saya tadi. Wakepsek makin bangga metodenya sukses, tapi kemudian menjadi kendur karena kawan-kawan itu malah teriak "panass..panaasss..." sambil nangis-nangis, dan sebagainya.
Tanpa dikomando acara bubar dengan sendirinya. Kawan-kawan yang kesurupan diungsikan ke Masjid sekolah. Kegiatan belajar mengajar hari itu dibatalkan untuk yang kelas dua. Karna 4 dari 6 kesurupan itu kawan sekelas, maka kami juga nemani di Mesjid itu sampai bubaran sekolah hingga mereka sadar dan orang tuanya datang menjemput.
Kalau bukan karna hendak lanjut kerja saya mau cerita lagi detailnya bagaimana selama proses ruqyah di Masjid. Tapi segini dulu, untuk sekedar mengenang peristiwa itu, yang teringat karena ini hari Senin yang ikonik dengan upacara. Selain juga teriakan seorang senior kelas 3 dari lantai dua ketika acara sudah mulai rusuh: "Rasailah kesurupan anak urang. Tanggung jawab kau w*ll.." Hehe..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar