Sebagai seorang pakar/pengamat psycho-social-entertainer (baca: hobi nonton gosip), ada salah satu hal yang menarik perhatian saya, yang kemudian saya kembangkan menjadi sebuah teori tidak bertanggungjawab.
Begini, mayoritas pasangan-pasangan artis ini, terutama yang belum mejadi pasangan resmi, yang terlihat romantis-romantisan berlebihan, misal pas diwawancara berdua gayanya sudah mesra banget, terus liputan event apa gitu (yang umumnya ke taman hiburan) bedua mesra-mesra lebay begitu, ujung-ujungnya jarang yang jadi atau langgeng.
Iya, sekarang layangkanlah pikiran Tuan Nyonya sekalian kepada siapa artis-artis yang Tuan ingat begitu, banyak kan?.. Saya pahamlah kalau Tuan Nyonya juga mengikuti gosip mah. Terbayang? Kebanyakan begitu kan? Jarang yang selamat sampe ke ujung.
Sekarang liat lah pasangan artis yang kalau diwawancara berdua, bersikap sewajarnya, tidak melebih-lebihkan romantisme di depan umum, umumnya aman sampai ke ujung. Kalaupun ada yang pisah, itu kasus satu-satu. Nggak seperti yang alay di atas tadi.
Oke, stop dulu lah tentang keartisan ini ketauan banget saya doyan nonton gosip.
Karena tidak perlu melihat yang jauh-jauh seperti itu yang orangnya hanya kita kenal dari layar tipi. Sedangkan pada orang-orang disekitar lingkungan kita banyak yang gitu juga.
Maka berkembang lagi lah teori saya.
Kemesaraan yang diumbar dan romantisme berlebihan yang ditunjukkan di depan khalayak, tidak banyak menjamin keberlangsungan hubungan itu sendiri. Tsaaaah... entah itu dari kalangan massyarakat mana, artis atau warga sipil biasa.
Sering saya dipanas-panasi, entah oleh kawan-kawan dan seseorang (^_^), "Lihat tuh rif, si fulan dan fulanah mereka romantis banget pergi liburan bareng ke sana ke situ."
Atau, "Kok kamu nggak seperti si Anu dan si Ani, lihatlah mesranya mereka di media sosial ini media sosial itu, bales-balesan ungkapan cinta di sana(hueek). Romantis deh. Kita nggak kayak mereka *eh* ^_^"
Begini, karena saya memiliki teori di atas dan meyakini teori tersebut walaupn tidak ilimiah, maka saya enggan bertindak untuk seperti itu. Kemudian, ini keluar lagi teori saya, menurut saya tiap orang dan pasangannya, pasti memiliki kemesraan dan keromantisan dengan caranya masing-masing.
Ada memang orang/pasangan ya memang bisa atau bisanya mesra di depan orang-orang banyak itu teman-temannya, keluarga, bahkan orang-orang lain yang tidak dikenal. Makin menarik perhatian, makin mesralah. Tinggal di-oo-so-sweet-in, menjadi-jadi mesranya. Dan akan ada saja pemerhati mereka yang kemudian terpancing dan envy pada pasangan tersebut. Hahaa..
Sementara ada orang/pasangan, yang kedapatan ketika sedang beraksi romantis, bukannya bangga malah justru risih. Ada. Orang-orang macam ini memandang kemesraan alay-alay begitu adalah hal privat, alih-alih menggelikan.
Mereka juga berpaham bahwa sikap mesra dihadapan khalayak itu cukuplah dengan bersikap sewajarnya dan ada tempatnya masing-masing, mana yang untuk konsumsi berdua saja dan mana yang bisa diperlihatkan.
Selang beberapa tahun, saya mendapati si fulanah menikah, tetapi bukan dengan fulan. Atau sebaliknya hal yang serupa, fulannya berkeluarga, tetapi bukan dengan fulanah.
Si Ani dan Si Anu, sudah jalan sendiri-sendiri pula saya dapati.
Tapi usahlah Tuan risau perkara ini, seperti saya bilang, tiap orang/pasangan punya caranya sendiri untuk mengekspresikan perasaan sentimentilnya sebagaimana yang dia nyaman, ada yang percaya diri, ada yang pemalu juga.
Perkara teori saya itupun sudah jelas sebuah teori berdasarkan sebuah dasar yang tidak berdasar. Eh ribet berdasar-berdasar ini, intinya janganlah terlalu percaya pada teori yang lahir tetiba disela-sela keasikan mengerjakan tugas yang bejibun. Kalau kepala sudah berasap begitu pemikiran bisa jadi aneh-aneh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar