Sejak ayah saya terserang stroke dibagian tubuh sebelah kanan awal Oktober tahun lalu, sudah ada tiga terapis/metode pengobatan yang dicoba agar ayah saya bisa sehat sediakala.
Tiga bulan awal, kami menggunakan jasa fisioterapis dari rumah sakit tempat ayah dirawat dulu. Metodenya dengan menggerakkan sendi-sendi dan memanaskan sendi tersebut dengan sinar inframerah. Medis sangat lah.
Perkembangannya sampai saat itu ayah yang sejak sakit cuman bisa berbaring Alhamdulillah kemudian sudah bisa duduk dan berlatih berdiri dengan pegangan.
Ketika sedang masa fisioterapi lanjutannya, om saya ada ngajak seorang sinsei ke rumah, untuk ngobat papa. Tapi sinsei ini ngasih syarat kalau berobat dengannya nggak boleh berobat dengan yang lain. Artinya, pengobatan dengan fisioterapis harus di stop dulu.
Ok, dicoba, lima kali lebih pengobatan nggak ada perkembangan apa-apa. Sinsei ini pengobatannya dengan mengurut/memijit. Terus selama dia ngobatin itu nggak ada yang boleh ngajak dia ngomong. Lha, apa-apaan?
Mana jadwal sama si beliau ini nggak tentu, kadang datang sesuka hati. Pas kita yang nawarin datang kerumahnya malah disuruh tunggu di rumah. Nunggu di rumah, dianya nggak datang-datang. Disuruh tenang aja, katanya dia bisa mijet dari jauh aja.
Baru tau, ini sinsei sedeng.
Ketika nggak puas dengan kinerja si sinsei beraliran semi dukun ini, kebetulan dibelakang komplek rumah, deket mesjid, baru dibuka juga pengobatan alternatif. Dari Jawa, pengobatan awal dengan bekam, dan
memperbaiki struktur otot yang katanya sudah di utak-atik sama si sinsei, haha.
memperbaiki struktur otot yang katanya sudah di utak-atik sama si sinsei, haha.
Empat kali berobat Alhamdulillah ayah sudah bisa jalan meski pelan, meski harus dengan tongkat. Selain bekam, pengobatannya juga dengan menjentik-jentik urat/sendi yang dinilai bermasalah. Selain itu juga, yang ngobat ada ngasih ramuan obat herbal.
Kami sekeluarga sih, cukup puas berobat dengan yang ini, karena:
-Walaupun alternatif, sama sekali jauh dari praktik klenik.
-Sama sekali nggak melarang kalau kita mau berobat ke tempat lain, dengan catatan: jauhi pengobatan yang aneh-aneh dan berbau klenik.
-Yang utama: keliatan hasilnya.
Namun meski sudah bisa jalan, tapi sepertinya perkembangan ayah melambat. Ya sejauh bisa jalan itu saja baru. Tangan kanannya masih kaku dan belum bisa digerakkan sendiri.
Ditambah lagi kesibukan orang yang ngobatin ayah kali ini yang ternyata semakin sibuk keliling Indonesia untuk praktik berobatnya.
Lagi mikir untuk kembali menggunakan jasa fisioterapis, Om saya itu datang lagi nawarin tukang obat yang baru. Kemarin. Dan lebih sedeng,.
Metode pengobatan yang saya saksikan kemarin:
-ngisi air di piring, ntar di piringnya itu di letakkan potongan kulit asam, di baca-bacain, bakar sebiji menyan yang bau,
-ngurut ayah, selama ngurut itu si dukun sedeng ini bicara dengan bahasa lain, seperti bahasa orang kubu. (nyatanya, menurut pengakuannya, dia dulu pernah diculik orang bunian kubu selama tujuh hari, dan dajarin pengobatan mistik sama yang nyulik.) Itu yang nyulik maksudnya apa coba?
-Nah, yang ini paling gilak menurut saya. Dia baca-bacain air kembang terus kembangnya di tebar di semua sudut rumah, dengan wejangan ngehe: ada sepasang yang menghuni di sini, kita coba usir, atau paling nggak bikin mereka jadi baik,.. G.I.L.A.
-Dan ritual-ritual khas dukun lainnya, yang mirisnya, sering ketawain kalau ada di pilem-pilem kayak gitu, sekarang, di rumah saya sendiri. Ada juga aksi seperti itu. Astaghfirullah. Om saya ini sih, anteng aja.
-Ni dukunnya juga ngelarang untuk berobat sama yang lain.
Dengan semua yang dilakukannya dalam sehari dan membuat kotor rumah dengan kembang-kembangnya itu, ya kami nggak sreg berobat sama ni orang. Lebih baik fisioterapis ajalah.
1 komentar:
wah, banyak juga yah yg telah dicoba....
kalau ada lagi yg herbal, masih mau...???
Posting Komentar