Dulu pernah saya
cerita di blog ini bahwa tantangan terberat jamaah dalam ibadah jumat adalah
datang sebelum kotbah dimulai dan kantuk yang melanda hebat ketika kotbah
berlangsung.
Untuk masalah
kantuk tersebut, setelah dipikir-pikir, tantangannya itu juga ada pada khotib
Jumatnya.
Seperti kita
tau, dalam memberi kutbah, isi kajiannya tidak boleh sesuatu hal yang
membangkitkan emosi jamaah, ntah itu jadi ketawa, marah, nangis dsb. Betapa
sakralnya kotbah itu. Beda kan kalau kayak ceramah-ceramah diluar itu. Bebas
mah khatib mau ngasih pengajian apa dengan style seperti apa.
Jadi karena
terhambat batasan-batasan itulah ada tantangan tersendiri bagi para khotib. Mereka
mesti menyampaikan pengajian dengan ritme sedang yang membuat ngantuk. Maka
solusinya adalah membuat isi kotbah tersebut menarik agar jamaahnya tidak
ketiduran.
Saya, sering
ketiduran pas kotbah itu. Juga jamaah yang lain. Nggak, nggak, saya yakin semua
laki-laki yang Jumatan pernah mengalami ketiduran ketika kotbah berlangsung.
Entah itu di masa kecilnya, entah pun itu hanya sebuah tidur selayang.
Dan kalau
kemudian jika tiba saatnya hari perhitungan amal dilakukan dan malaikat
memeriksa saya, kemudian bertanya, “Hai hamba Allah, kenapa kamu tidur ketika
kotbah, sedangkan kamu tahu kotbah itu adalah pengganti dua rakaat salat?!!”
Telah disebutkan
riwayat-riwayat, bahwa di hari akhir nanti manusia akan saling menyalahkan.
Maka mungkin
saja saya akan menjawab begini, “Maafkan saya malaikat, tapi bagaimana mungkin
saya nggak ketiduran, kalau Khotib Fulan itu ngasih kotbah membosankan.”
Nah lo, bagi
para khotib jumat, kalau ada total ratusan orang yang pernah tertidur selama
engkau memberi kotbah, dan dihari akhir semua menyalahkanmu karena
ketidakmampuanmu menarik atensi jamaah, bagaiamana???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar