Jumat minggu lalu saya ke nikahan
sepupu di Jakarta. Berangkat langsung habis pulang kerja. Rencana awal saya
sendiri karena family-famili lain sudah berangkart di ahri Kamisnya yang
tanggal merah. Tapi sesore itu juga ditelpon sama abang sepupu lainnya yang
kerja di Payakumbuh. “Rif, penerbangan citilink jam 8 ya? Sama saya juga ntar.
Tadi siang baru mesen tiket.”
Jam 7 malam saya sudah bandara,
parkirin kendaraan dan cekin. Saya telpon abang sepupu saya itu, “Dimana bang?”
“Masih di Kayutanam, tadi macet di
Silaing kena longsor sama hujan lebat.”
Ha? Kayutanam itu bisa 1 jam ke
Padang. Saya cekin duluan aja. Abang sepupu saya itu tiketnya saya cetakin,
tapi kata citilinknya ga bisa di bantuin cekin kecuali ada katepenya. Pokonya
mereka cuma mau nungguin sampai jam setengah jam sebelum boarding. Jam setengah
8, saya melas-melas di konter cekin. Oke, 10 menit sebelum berangkat katanya
sudah harus ada. Boarding pas ditahannya dulu. Saya telpon abang sepupu, masih
di Lubuk Alung. Alahhh…
Pesawat citilinknya sudah nyampe,
saya sudah niatin pergi sendiri seperti rencana awal, abang sepupu sudah
pasrah. Riskan juga dia nyetir ngebut. 10 menit menjelang boarding itu,
sebagaimana yang di deadline sama petugaas konter, hampir hilang, kemudian
tiba-tiba, “Pak Arif, kemana pak?” Saya noleh ada yang manggil.
Lho, itu Pak Oky, tau nggak? Pak Oky
yang dulu nasabah saya. Pak Oky yang bekerja sebagai petugas keamanan bandara.
Pak Oky yang pernah certain ke saya benda-benda aneh dan menjijikkan apa saja
yang pernah dia lihat di monitor x-ray untuk tas dan bagasi. Saya ceritain apa
yang terjadi, “Aman lah itu pak Arif.”
Akhirnya didapat kelonggaran,
citilinknya mau nunggu sampai boarding, lewat dari itu ya risiko kami. Boleh.
Abang sepupu saya juga hampir nyampai bandara, buru-buru parkirin kendaraan
juga. Akhirnya berhasil berangkat sebelum pintu pesawat ditutup. Alhamdulillah.
Terimakasih Pak Oky. Pheewwww…
bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar