Tapi
untunglah, pada ‘pesta demokrasi’ 2014 ini, nggak ada satupun dari keluarga
kami yang mengajukan diri menjadi caleg, kecuali paling kerabat keluarga,
sehingga terhindarkanlah keluarga kami dari tindakan hina dan menjijikkan yang
sedang ramai itu.
Sepeti
pernah juga saya bahas, cobalah kalau kita tanya masing-masing caleg itu,
kenapa ada aja pamphlet/poster/baliho mereka di tempat yag sudah dilarang.
Pastilah kan jawabnya bukan mereka yang masang, tapi mungkin kelalaian tim
suksesnya. Ya itu, mengelola tim sukses yang tidak seberapa aja untuk taat
aturan ga bisa. Gimana mau bantuin konstituen yang nanti banyak?
“Pilihlah
yang dosanya paling sedikit…, daripada golput, tidak berbuat apa-apa.” Berikut
nasihat paling logis yang saya simak. Tapi dari pengalaman sih, yang dosanya
paling sedikit itu, ketika nyampe di sana tetep saja jadi laknat. Dan golput
itu ya Tuan, bukan berarti tidak ada berbuat apa-apa, justru itu letak
upayanya. Jikalau golput menjadi sangat dominan, siapa tau jadi kepikiran untuk
mencoba sistim pemerintahan yang baru dari yang bobrok sekarang?
“Mau
diganti apa? Khalifah Islam? Sistim khilafah itu sama sekali nggak menunjukkan
demokrasi…”
Iya,
ataupunlah begitu, justru disana juga letak demokrasi. Kita sudah nyoba segala
sistim yang otoriter yang menyiksa, demokrasi yang bablas, kenapa tak coba yang
Khilafah Islam? Tunjukkanlah demokrasi Tuan untuk mendukung sistim pengelolaan
negara yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar