Yang biasa berinvestasi di bursa saham pahamlah ada dua panduan general dalam melakukan analisis saham. Ada analisis fundamental dan teknikal. Fundamental terkait kekuatan internal perusahaan yang tercermin dalam keuangan maupun operasional. Kinerja baik, saham kinclong.
Analisis teknikal, berdasar tren historis harga saham tok. Apa belakangan cendrung naik (uptrend), mendatar (sideways), atau malah tren turun (downtrend).
Beberapa kali saya mencoba menggunakan analisis teknikal dan fundamental perusahaan dalam hal di luar bursa saham: PERMAINAN BOLA.
Dari beberapa kali percobaan analisis, konsep fundamental dan teknikal lebih mempan untuk pertandingan berkonsep turnamen dibanding liga.
Pada turnamen Piala AFF 2010, menjelang final Indonesia vs Malaysia, saya memperkirakan Malaysia yang bakal jadi juara. Mengingat kalau fundamental kedua tim yang nyaris sama kuat, maka tersisa teknikal keduanya untuk diperbandingkan.
Tim Malaysia, di pertandingan pertama dibantai Indonesia 5-1, kemudian mulai secara rutin memperoleh kemenangan dengan margin keunggulan gol maupun statistik pertandingan yang semakin membaik. Dalam hal ini, Malaysia mengalami sebuah uptrend.
Indonesia, menang 5-1 di pertandingan pertama, kemudian 6-0 melawan Myanmar, dan kemudian kewalahan melawan Thailand, maupun di semifinal melawan Filipina hanya mampu unggul 1 gol saja. Leg kedua, untung masih dihelat di Jakarta. Maka secara teknikal, saya menyebutnya sedang downtrend.
Ketika kedua tim dipertemukan, berfundamental sama, maka jika teknikal di adu. Ya yang bakalan menang adalah tim yang mengalami uptrend. Terbukti Malaysialah yang muncul menjadi juara.
Berhasil menganalisis secara tepat juara AFF, saya nyoba metode analisis serupa di konsep liga-liga Italy, Inggris, maupun Spanyol, tapi sepertinya kurang mempan.
Baru kemudian di Piala Champion 2012 kemarin saya mencoba lagi hitung-hitungan final Chelsea vs Bayern Munich. Hitungan fundamental kembali saya asumsikan selevel antara kedua klub. Diperkuat pemain-pemain yang berkualitas, dan secara mental juara pun sama. Sama-sama lemah maksud saya. Munchen berkali-kali masuk final dalam dekade terakhir, namun seringnya gagal.
Chelsea pun, sama sekali belum pernah juara, dan bahkan dari beberapa kali final, tak pernah menang. Makanya saya sebut fundamentalnya sama. Meskipun Munchen tampil di kandang sendiri, menurut saya, ketika sebuah pertandingan bertajuk final. Faktor tuan rumah sudah tak berlaku. Kedua tim mendapat tekanan yang sama untuk juara
Nah untuk teknikal, saya memprediksikan Chelsea akan jadi juara, karena itu tadi secara teknikal yang uptrend. Sempat terseok-seok di babak kulifikasi grup dan bahkan hampir gagal ketika ditangani AVB, langkah Chelsea ke final semakin mantap ketika kedudukan pelatih berganti ke Roberto DiMatteo.
Sedangkan Munchen, luar biasa Tuan, kerap kali cetak gol dengan jumlah yang banyak, dan tim selevel Madrid pun berhasil ditaklukkan, karena menurut saya, untuk fundamental, Madrid lebih unggul. Unggul dengan skor-skor tinggi, dalam segi teknikal, saya sebut Munchen telah berada di area 'overbought'. Maka saatnya lah untuk koreksi.
Dan buktinya, Munchen gagal raih gelar.
Hmmm.. Sekarang di Piala Eropa 2012 Polandia Ukraina.
Tadi malam, analisis saya berlaku dalam pertandingan Italy vs Jerman. Jerman terlihat lancar-lancar saja di babak grup, Italy? Hanya sekali menang saja. Fundamental mah masih sama juga sih.
Terus, bagaimana untuk pertandingan final Spanyol vs Italy? Ini sih saya jadi bingung, kedua tim sesama mengalami uptrend. Tapi ibaratnya, garis uptrend Spanyol berada di atas garis uptrend Italy.
Meski demikian, saya meyakinkan Italu yang bakalan menang. Untuk dominasi permainan sih keknya bakalan dipegang Spanyol, tapi pemain Italy terliat lebih tenang dalam dan matang dalam meredam pola permainan lawan.
Hmm, kok analisisnya malah jadi sperti analisis bola lainnya. Udah melenceng dari konsep fundamental dan teknikal.
Udah ah, liatin pas finalnya aja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar