Tebak-tebakan Abad Ini

Gw main tebak-tebakan bareng Behelorens:

Gw: Teng teng apa yang bunyi????
Behelorens: Ngg.,teng... teng baja!
Gw: Bukan.
Behelorens: Trus teng apa tu?
Gw: Teng yang bunyi itu... tengtengtengteng....
Behelorens: Teka-teki apa sih...

Sungguh tebakan aneh..
Pak tua mendorong sepeda bebannya
Tertatih menyebrangi perlintasan kereta api
Topi petnya lusuh dipanasi terik matahari, basah oleh keringat dari pori-pori kepala
Masih jauhkah perjalanan itu?

Cerita Malam

Sekarang udah hampir tengah malem, belum bisa tidur juga dimana gw harusnya tidur cepet. Karena besok pagi gw ada dua tugas presentasi. Jam setengah 8 nyampein materi Analisis Ekuitas di kelas Analisis Informasi Keuangan trus jam setengah 11 presentasi Carbon Accounting di kelas Seminar Akuntansi. Kudu ontaim kata Buk Yurni, ga boleh telat kata Pak Yuskar.

Padahal tadi, kelar isya pas rampungin materi di kosan temen gw, ngantuknya banget-banget. Gw coba bikin kopi, masi ngantuk juga. Mungkinkah kopinya kadaluarsa?

Jadilah materi-materi tadi dijejalkan agak secara paksa ke memori gw. Lha sekarang baru berasa efek kafein kopinya. Lambat banget responnya, mirip pemerintah. Musti ada mahasiswa pertanian dan mahasiswa politik yang melakukan penelitian tentang korelasi lambatnya efek kafein kopi dan lambatnya pemerintah membuat kebijakan.

Bagusnya cerita apa ya biar gw cepet tidur? Jangannnn,, jangan cerita dewasa… Malah tambah susah tidur gw..

Gw kira ga perlu juga kan ya gw bikin acara macam lelang blekberi kek di tipi-tipi yang sering nongol tengah malam gini. Bukannya apa-apa, soalnya gw ga punya DUA SYARAT UTAMA lelang blekberi kek gitu: tengtop sama blekberi.

Ya, entah siapa yang bikin peraturan, semacam terdapat standar prosedur, bahwa untuk lelang blekberi tengah malam pembawa acaranya harus memakai tengtop, entah untuk tujuan apa. Ga lucu kan kalo liat cowok tegap (ehemm) kek gw ini makai tengtop warna-warni??

Apa, lucu? Terserahhhhhh…..

Dan yang terutama untuk syarat kedua untuk lelang blekberi, gw ga bisa
Eh bentar gw ke toilet dulu,.

Oke udah. Kenapa ya kalau kita ke toilet itu disebutnya ‘buang aer’? Apakah pencipta istilah itu dulu ga ngerti perasaan orang-orang di Afrika sana bahwa mencari aer itu susah? Harus jalan berpuluh-puluh kilo. Dan kita malah membuang-buangnya? Ga toleran sekali pencipta istilah itu.

Musti ada mahasiswa jurusan bahasa dan mahasiswa sosiologi yang melakukan penelitian alasan penggunaan istilah tersebut dan meneliti dampak tersinggungnya masyarakat Afrika sana. APE SIH RIFFFF???

Well, sampe dimana tadi? Oh iya tentang syarat kedua lelang blekberi,. Ya gw ga bisa karena LELANG BLEKBERINYA SAMA APA COBA? Lha hape tercanggih yang gw punya aja cuman Nokia2600 berumur 5 tahun yang penahan casing belakangnya udah patah dan tampilannya udah baret-baret sana-sini.

Yah paling nggak hape gw memiliki dua kelebihan utama yang bisa dibanggain: bernada poliponik dan layar warna!

Tertekan batin gw kalo cerita tentang gadget komunikasi kek gini T_T, lagian ga enak kalo kedengeran sama hape gw itu kita lagi ngomongin dia, ikut-ikutan sedih dia ntar.

Jadi inget cerita rakyat tentang seorang penebang kayu dengan dewi penjaga danau keramat, yang ceritanya juga pernah dikartunin di Doraemon. Tau kan? Kapak penebang kayu itu terlepas dan jatuh ke dalam danau, tiba-tiba dari danau muncul dewi yang menenteng dua kapak (kapak lusuh milik penebang kayu dan kapak emas) di kedua tangannya trus bertanya pada penebang kayu, “Kapak-mu kah yang terjatuh ke dalam danau ku?

“I..iya..” jawab penebang kayunya gugup.
“Kapak kayu inikah atau kapak emas inikah milikmu?”
Penebang kayu yang jujur itu mengaku, “Ka-kapakku yang terjatuh adalah kapak kayu itu.”
“Engkau begitu jujur, kalau begitu kapak emas ini juga kuhadiahkan kepadamu.” Dan penebang kayu itupun mendapat hadiah kapak emas dari danau keramat.

Hmm,. Siapa tau aja pas tadi gw ke toilet en ga sengaja jatuhin hape kedalamnya tiba-tiba muncul juga dewi penjaga toiletnya. Sambil nutup hidung karena kelamaan berendem di toilet dewi penjaga toiletnya nanya, “Hape kamu-kah yang jatuh ke toilet ini?”
Gw jawab, “Iya, iya tadi hapeku jatuh ke sana…”
Dewinya nanya lagi, “Hape Nokia kumal inikah kepunyaanmu atau hape Google Nexus ini kepunyaanmu?”
Tentu aja gw bakal jujur, “Oh, hapeku yang nokia jelek itu kok neng.,”
“Sungguh engkau seorang anak muda yang jujur, kalau begitu Google Nexus ini kuhadiahkan pula padamu.”
“Aah,ga usah repot-repot lho neng, eh tapi boleh juga…”
“Ini ambillah, maaf kalo Google Nexusnya bau pesing, lagian salahmu sendiri kencing disini.”

Waahhhhhh…. Kenapa toilet gw ga keramat kayak gitu…
Haduh, ngelantur kemana sih.. dampak angan-angan tanpa ditimpali akal sehat memang mengerikan kadang-kadang.
Gw tidur lagi aja lah..
hati yang terpahat rasa terukir cinta
berdiri tegak di tengah badai
tak lindap oleh lumpur, tak luntur oleh hujan
hanya dituakan waktu seperti daun hijau muda yang kemudian gugur sebagai gemerisik…

Warteg Dipajakin?


Beberapa tahun lalu. Gw bangun agak telat, ada kuliah jam 10an. Buru-buru nyari sarapan. Warteg Bu Edo di seberang belum buka, lanjut gw ke Ceger. Banyak alternatif di sana. Habis sarapan langsung bayar, “mbok, piro?”
“5000 thok…”
Eh baru nyadar, karena buru-buru, dompet ketinggalan di celana yang satu lagi. “waduh mbok maaf dompetku ketinggalan, ntar siang bayarnya boleh ta? buru-buru kuliah…”
“Oo,. ora opo-opo tho dek..”
“ka-te-pe juga ketinggalan di dompet, bawanya cuma hape, tapi jangan ditinggal ya mbok? perlu soalnya.”
“Haha., ada-ada saja, wess., ora perlu.” Si mboknya malah ketawa.

Ceritanya mungkin lain kalo gw makannya di restoran, “waduh mas, dompet saya ketinggalan nih, ntar saya balik lagi ya?”
“Enak aja! Sini tinggal arloji lu buat jaminan! Sekarang lu pergi ke belakang nyuci piring!”
“Saya lagi buru-buru mas…”
“Kalo gitu muntahin yang lu makan tadi.”
“Masa dikeluarin lagi mas?”
“Muntahin ga?”
“Mas…”
“Muntahinnnnn!!”
“Hoeekkkk…” he, ga separah itu juga mungkin ya, tapi tetep pasti ga akan seikhlas si mbok.

Orang-orang baik macam si mbok yang berdagang warteg nggak semata-mata berorientasi ekonomi itu yang rencananya mau dipajakin sama Pemda DKI. Pemda DKI mencatat sekarang ada sekitar 2000 warteg di Jakarta. Katanya potensi 2000 warteg itu kalo dipajakin 10% bisa dapet 50 miliar setahun.

Tapi seenggak-enggak-setujunya kita sama rencana itu keknya kasian juga Pemda DKI yang posisinya gw pikir fait accompli. Seandainya masyarakat luar kota nggak terus mendesak untuk menempati Jakarta, tentu Pemda DKI juga ga harus membutuhkan dana yang banyak untuk pembiayaan pengembangan, perbaikan, dan pemeliharaan infrastruktur dan fasilitas, yang tujuannya untuk warganya juga.

Sumpah gw kasian sama Pemda DKI, masyarakat nuntut ada saluran drainase kota buat ngendaliin banjir, eh pas dibuatin warga pada buangin sampah ke sana. Masyarakat nuntut adanya alat transportasi massa yang efektif dan murah, pas dibikinin busway eh besi-besi haltenya dicopotin. Masyarakat nuntut supaya lalu lintas diatur supaya ga macet lagi, lha jalannya buat satu arah tapi ratusan pengendara motor malah masuk dari arah berlawanan. Gimana ga butuh pajak gede coba? Apa ga kasian gitu liat kumisnya Bang Foke? Lho? He..

Uh, andai aja kasus pajak satu anak perusahaan Bakri, satuuuuu aja, yang senilai 350M itu dituntasin pemerintah pusat, en pemerintah pusat mau bantuin pajak daerahnya Pemda DKI, itu udah bisa nutupin potensi pajak warteg tadi untuk tujuh tahun. TUJUH TAHUN. Andai aja sih…
Adakalanya waktu melesat cepat mengimbangi kilat
Beringas terobos genderang-genderang penciptaan
Semakin menuju ujung perhentian
Semakin bertalu-talu...