Tipe-tipe nasabah VGMC


 Berita terbarunya, skema ‘investasi’ yang dikembangkan ECMC telah jelas-jelas ambrol. Sementara itu, segelintir dari saudara-saudara kita Tuan, tetap keukeuh meyakini itu VGMC adalah model yang berbeda dan bisnis emasnya itu real.

Dalam kesempatan ini, saya bukan ingin membongkar lagi bagaimana system VGMC ini bekerja, sudah banyak saudara-saudara kita yang peduli yang ngasih pandangan logis, selogis-logisnya bisnis dan investasi yang wajar, tentang ketidaklogisan model bisnis VGMC. 

Ibaratnya seribu pembenaran dari VGMC, maka seribu itu pula justru alasan dari para saudara-saudara yang peduli tadi untuk VGMCers menghindari bisnis VGMC tersebut. Selogis-logisnya, bisa Tuan baca di sini, sini, ini, yang ini, atau yang ini juga. Sama mungkin yang pernah saya bahas dulu.

Jadi gitu, kalau untuk bahas apa VGMC itu, silakan membaca (disertai logika dan hati) untuk mencernai tulisan-tulisan di atas yang sudah lebih paham tentang dunia keuangan, atau paling nggak, bisa membahasakannya secara lebih ‘halus’, untuk lebih mudah dimengerti. 

Saya sendiri sudah beberapa kali juga ngobrol dengan VGMCers dari berbagai tipe, ada yang mengakui sampai sekarang pun ragu dengan VGMC, tapi ikut cuman demi ‘deviden’ yang  dijanjikan, ada yang ikut karna ga tau dan hanya diajak rekannya, dan mostly, kebanyakan yang saya ngobrol, diujung-ujung diskusi orangnya ngeyelan atau ngototan. He. 

Sampai saya kemudian sadar sendiri, memang susah untuk menyadarkan saudara-saudara yang sudah terlanjur bergabung itu. Kenapa, karena pada hakikatnya mereka berargumen dengan BUKTI. Berupa hasil dari ‘investasi’nya tersebut. Ya nggak heran makanya kalau mereka jadi haqul yakin.

Jadi Tuan-Nyonya, kenapa niatan baik untuk mencoba mengingatkan, membagi pengalaman, dan pandangan logis tentang VGMC, dengan gampang terbantahkan. Semata karna ya tak bisa memberi ‘bukti nampak’ yang berlawanan dengan yang mereka dapatkan. Bukti kita ya hanya akan datang ketika system VGMC sudah kehabisan downline dan kolaps.

Meski begitu, dari beberapa kali diskusi itu, saya jadi tertarik untuk sedikit memilah-milah tipe-tipe investor yang ada di VGMC tersebut. Bukan hanya VGMC sih, tapi mungkin juga berlaku untuk fitur investasi dengan skema serupa (ECMC, Speedline, Koperasi-koperasian, Q-Sar, dll) Paling nggak sekarang saya baginya jadi empat tipe dulu. 

Pertama, masyarakat awam investasi. Biasanya dan kebanyakan yang ikut ini adalah pihak-pihak yang jauh dari sentuhan produk investasi financial (sekali lagi, investasi financial, maka asuransi bukan termasuk didalamnya, karena asuransi itu proteksi). Dalam pandangan tipe ini, mereka percaya bahwa yang diperdagangkan itu adalah emas, kalaupun dijelaskan bahwa yang diperdagangkan itu adalah sahamnya, maka mereka akan menyamakan dengan transaksi saham-saham perusahaan publik yang listing di bursa efek Indonesia (terbukti dari beberapa calon VGMCers yang nyasar ke kantor).

Umumnya, umumnya ya, untuk tipe pertama ini terdiri dari pegawai-pegawai pemerintahan, guru-guru, karyawan-karyawan perusahaan skala daerah, pengusaha-pengusaha di daerah yang jauh dari akses informasi, dan lainnya. Dalam hal ini, saudara-saudara kita inilah yang jadi target utama oleh perancang perdana system-sistem ponzi pada umumnya karena jumlahnya yang masiv. Dan untuk tipe ini cendrung ikut-ikutan saja dan kemudian akan mengajak rekan-rekannya yang lain (dengan maksud baik, karena kekurangtahuan) dan menambah selalu porsi investasinya karena merasa mendapat wahana investasi yang istimewa. 

Kedua, saya sebut istilahnya oportunis market. Yang kedua ini mungkin jumlahnya lebih sedikit dari tipe yang pertama, tapi paling nggak mereka memang hanya ‘penumpang-penumpang oportunis’ dalam skema investasi ini. Kenapa berbeda dengan tipe pertama, karena mereka telah bisa melihat investasi semacam ini dari sudut pandang atau perspektif yang berbeda. 

Jika tipe pertama bener-bener yakin bahwa VGMC ini betul berinvestasi emas, saham emas, ventura emas, offshore emas, atau apalah, maka tipe kedua ini sudah bisa memandang VGMC dari pure skema asli bisnisnya dengan struktur yang member get member itu. Mereka tau bahwa tipe pertama itu pasarnya masih banyak, mereka akan ikut. Ketika pertambahan member baru mulai melambat, mereka akan segera cabut. (Meski, ah, baru bisa liquid 45 hari? Sangat nggak liquid untuk ukuran investasi yang katanya online). 

Kadang tipe kedua ini juga ajak-ajak orang lain, tapi ya supaya marketnya makin banyak aja sih, dan lihatlah, mereka akan jarang mengajak kerabat, karena mereka nggak mau kerabatnya kena jebak semacam ini. 

Dan biasanya pula, tipe oportunis ini hanya menyertakan sedikit dari portofolio investasi mereka pada bisnis ponzi ini, karena ya itu, mereka hanya cari-cari peluang sampingan karena tau kondisi sebenernya. Yang tipe semacam ini biasanya pihak-pihak yang paham dengan jenis-jenis instrument investasi financial, yang mana sah di pasaran dan mana yang nggak, baik itu secara akademik ataupun praktiknya. Seperti staf-staf ahli perbankan, pelaku pasar keuangan, dosen-dosen ekonomi,  dll. 

Yang ketiga, tipe yang saya kasih istilah public person aja deh. Sesuai istilah, tipe-tipe ini terdiri dari pihak-pihak yang secara umum dikenal oleh masyarakat, bisa pemimpin suatu daerah, pejabat-pejabat penting, petinggi-petinggi militer, artis-artis, ustad bahkan, dan yang lainnya.
                                                      gambar

Public person inilah salah satu umpan yang disodorkan pada tipe pertama tadi. Biasanya dengan jualan pokok: “Itu pak gubernur sama walikota ikut, masak masih ragu!” Hayoo.. jujur… gitu kan ya jualannya? He.

Biasanya para public person ini juga karena memang banyak harta, sekali ikut langsung besar. Bisa buat insentif/’dividen’ para upline untuk dijualkan lagi pada calon, “ni liat yang dari awal ikut, sudah punya ini itu.” Calon yang banyak masuk kemudian yang dijadikan sebagai insentif pada public person sebagai imbal hasil.
Tipe ketiga ini kadangkala sama sekali nggak paham dengan investasi ini. Ya kerjaan banyak, jadwal padat, mana sempet ngecek ini bisnis bener atau nggak, tapi selama asetnya nambah ya juga ga bakal musing mikirin. Manggut-manggut aja mah. 

Untuk Tuan-tuan ya, memang public person ini punya pamor sebagai orang yang ahli. Tapi perlu diketahui, ya mereka ahli dibidangnya saja. Gubernur misalnya, ya mereka ahli dalam pemerintahan, mereka paham seluk beluk politik, memiliki latar belakang yang kuat dan berpengalaman menata daerah serta mengatur penduduk, tapi untuk dunia keuangan? Tanpa mengurangi rasa hormat, saya yakin beliau nggak terlalu paham. 

Karena kalau memang ahli dengan bisnis atau pun investasi, toh tokoh-tokoh yang jelas-jelas sudah berhasil dalam bidang bisnis seperti Harry Tanoe, Ciputra, Sandiaga Uno, Bakrie, Jusuf Kalla, CT, dll. nggak serta merta ikut bisnis serupa yang beredar ini kan? Kenapa, karena mereka sadar dari pengetahuan dan pengalaman, VGMC ini nggak logis dari segi legal aspek, maupun model bisnis. 

Jadi, gitu, pemimpin Tuan itu nyebur ke jurang Tuan ikut serta kah? Segera. Keluar. Sekarang.
Tipe keempat, yaitu pemegang obor. Inilah pentolan-pentolan dalam skema bisnis ini. Latar belakang lebih bervariasi, tapi tetap pada umumnya, yang kerap menjadi pemegang obor ini adalah pihak-pihak yang sudah ikut sejak awal dan sudah merasakan semua manisnya hasil dari investasi tersebut. 

Pengalaman manis itulah yang jadi marketing tools tipe ini. Sudah beroleh ini itu dari bisnis ini. Sebagai pemegang obor, yang mesti di depan, merekalah yang ngajak-ngajak pihak-pihak lain tadi. 

Saya samasekali nggak menyalahkan tipe ini karena ngajak orang-orang lain untuk investasi. Bener. Karena bisa jadi tipe ini adalah termasuk jadi korban juga. Tapi karena sudah ikut semenjak awal-awal, dan karena sudah beroleh BUKTI nyata hasil investasi seperti yang seperti saya ulas di atas, mereka jelas tidak merasa dikorbankan. Dan kemudian cendrung membenarkan secara kacamata kuda apa yang sudah dilakukan oleh VGMC, yang itu tadi, ujung-ujungnya kadang jadi ngeyel dan ngotot.

Yang jelas patut disalahkan adalah pihak yang peeeeeeeertama kali merancang system ini di awal, mereka menggunakan pihak-pihak tipe ke empat sebagai ‘volunteer’, karena target atau korban utama mereka adalah pihak pertama tadi dengan jumlahnya yang banyak sifatnya yang gampang ikut-ikutan karena ada contoh nyata sukses di awal. 

Saya rasa cukup empat tipe ini saja ya. Saya menggolongkan menjadi empat karena saya sudah ketemu dengan masing-masing percontohan dari empat tipe tersebut. Tipe pertama ada banyak guru-guru saya dan orang tua teman yang ikut, bener-bener ga ngerti apa-apa tentang investasi, tipe kedua ada seorang trader saham dan seorang rekan sesama broker yang seperti itu. 

Tipe ketiga ada saya tau seorang pejabat pemda yang ikut yang jelas-jelas dia sama sekali nggak tau menau bagaimana system kerja bisnis ini tapi yang dia tau duitnya nambah terus, dan yang keempat waktu saya datang berkunjung langsung ke kantor trader VGMC di padang. 

Mungkin ada beberapa tipe lain yang Tuan tau, silakan tambahkan, ataupun mungkin tipe-tipe tersebut kombinasi di antara keempat tipe yang saya gambarkan?  

Demikian tipe-tipe nasabah VGMC versi on the spot, halahhh.. versi saya laaa...

Terserah yang Tidak Terserah (Cont.)

Ingat tidak Tuan dan Nyonya ketika dua hari lalu saya nulis (komplen) tentang jadwal futsal yang telah diserahkan terserah kapan dan dimana tetapi ternyata setelah diatur jadwalnya malah minta reschedule?

Jadi akhirnya adek-adek Pojokers tersebut memang mau mengalah dan mencari jadwal ganti ke jam 5 dan mennggunakan lapangan yang biasa dipakai oleh bapak-bapak senior itu. (Artinya setelah itu prinsip terserahnya terlewatkan). 

Jadi waktu bapak-bapak itu minta reschedule sekali lagi kami mencoba minta keyakina bahwa pada jadwal yang dimauinya itu memang bakalan datang dan main ya?
Ok, katanya. 

Tetapi Tuan, kemarin itu, Bapak-bapak itu ga ada satupun yang datang! 
Tim AB pas-pasan pemain.

Di sini, saya dua kali kecewa, pertama karena perkara terserah yang ternyata nggak itu. Kedua, setelah senior-senior itu sendiri yang nentuin jadwal dan lokasi main, malah sama sekali nggak ada yang datang. 
Tau gitu jelas-jelas kan nggak perlu reschedule jadwal. Mpret. 

Udah gitu aja sih, saya sebenernya nggak marah juga. Paling nggak nggak semarah kawan-kawan lain dan kecewanya adek-adek Pojokers tersebut.

Saya jadi ingat lagi tentang perjalanan ke Jogja lalu bareng Angga. Kami itu rekan setipe. Sama-sama pasif. 
Orang-orang yang sesama pasif itu ngumpul mah kagak faedah. Haha. Karna sama-sama ingin terserah aja. Jadi pas mau ngerancang rencana perjalanan sama-sama ga mau tau. Terserah mau ngapain aja mah. Saling lempar tanggung jawab kesannya jadinya. He.

Tapi bagusnya orang-orang pasif seperti kami itu, nggak terlalu komplen jika ternyata sikap 'keterserahan' itu jadinya mengecewakan. Kayak seperti mau nyari makan aja,

"Ntar makan dimana, makan apa?"
"Terserah"
"Pecel ayam yang di sana aja kali ya"
"Sip, boleh"

Dan kemudian ternyata rasa makanannya awur-awuran ya kami terima aja dan nggak komplen, karna kan udah bilang terserah. Untungnya ketika ketemu Anggit di Jogja baru kami terselamatkan. Ada satu orang aktif yang dapat ambil keputusan. Hee.. 

Sekilas Nagari Sungayang (1)

Pernah denger Sungayang? Kalau Tuan mau tanya, itu nama Nagari/Desa di Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat. Nagari yang menjadi kampung halaman saya disebabkan adat matriakat di Suku Minangkabau. Secara pribadi, saya merasa ada punya banyak kampung halaman, Sungayang selain disebabkan sistem matriakat, juga masa-masa liburan saya waktu zaman sekolahan sering libur di sana. Dan tiap mudik di sana. Dan keluarga besar yang berasal dan banyak berkumpul di sana. Padang, yang Padang iniii... Karena disinilah saya lahir, darah bertumpah, dan besar juga di sini. Dan bersekolah dan bekerja di sini, dan berkekasih di sini. Oh, Padang. 

Dan karena sempet sebentar waktu hidup di Tangerang, ya itu saya rasai sebagai kampung halaman, juga ketika KKN Kuliah di nagari Air Haji Pesisir Selatan, sempet tiga bulan saja di sana untuk saya dapat merasakan itu sebagai kampung halaman. 

Ya, Islam ku bilang bahwa ia adalah rahmat sekalian alam kan. Sekalian alam yang pernah saya singgahi, itu berkesan dan merahmati diri. Mungkin juga Brunei dan Yunani kedepan hari?

Disebabkan sedang sibuk bersenang-senang, saya bahas bertahap dulu. Karena akan ada banyak Sungayang dari berbagai perspektif saya. Untuk sekarang beberapa hal saja di luar pandangan pribadi. Sebuah soal yang mungkin terbesit dan akan kontoversi, selain kenangan yang bagus-bagus dari pengalaman saya. InsyaAllah di lain waktu. 

Dari cerita yang saya dapati di Buletin Gema Kampung Halaman, sebuah buletin aktif yang terbit dari kampung dan disebar ke seluruh penjuru perantau di Indonesia, hingga selalu bisa terbit lebih dari lima tahun, (semula dari 1995 hingga tahun 2000) yang Alhamdulillah Ibu saya membundelnya dengan baik sehingga sekarang menjadi sebuah catatan sejarah tersimpan, salah satu artikelnya membahas asal nama Sungayang. 

Dibelakang Nagari, ada sebuah selo. Sebutan kampung untuk sungai, kabarnya sih kalau ditelusuri itu sungai bisa sampai menjelang daerah Pekanbaru. Dan sungai itu sendiri saya belum tau darimana berhulu nya. 
Di dekat/sepanjang aliran sungai itu lah masyarakat membuat persawahan, menangkap ikan. Membangun irigasi bantuan alam. 

Dahulunya, tiap istirahat, petani-petani tersebut ambil wudhu di sungai tersebut dan kemudian solat di tanah yang melapang dipinggiran sungai. Petani-petani yang solat/sembahyang di pinggir sungai itu kemudian menjadi awal nama Suangayang, sungai yang sembahnyang. 
Sebuah versi cerita pertama. 

Ada lain cerita, di malam hari, di sekitar selo itu selalu terdengar bayi atau perempuan yang menangis yang suaranya mengiang-ngiang. Jadilah itu Sungayang, sungai yang mengiang.
Versi cerita lainnya. Wallahualam.

Hal lain tentang sejarah Sungayang yang saya kagumi, dari seorang adat yang cerita, bahwa ketika pun Kerajaan Pagaruyung berkuasa, dimana kekuasaannya mencapai Kampar Riau, mendekati Kerinci dan Indrapura. 

Namun sebagaimana pun pengaruh kekuasaan Pagaruyung, Sungayang tidak pernah menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan tersebut. Artinya Sungayang mejadi sebuah wilayah otonom. Saya sendiripun sudah mengecek ke beberapa referensi semacam Tambo adat Minangkabau dan melihat wilayah-wilayah 'jajahan' Pagaruyung, tak satupun nama Sungayang disebut-sebut. 

Maka jika ada upacara besar, penghulu-penghulu di Sungayang duduk sebanding dengan pemimpin kerajaan Pagaruyung, bukan seperti penghulu-penghulu nagari lain yang daerahnya di bawah kekuasaan Pagaruyung. 

Adapun mungkin hal yang berkaitan dengan Sungayang dapat Tuan Nyonya liat dulu di beberapa blog yang juga ada bahas Sungayang ini 
 seperti 
Atau malah ini blognya KUA Sungayang, Meeennnnn... KUA aja bikin blog, siapa tau ke depan ijabkabul penghulunya teleconfrence aja. 

Dan Tuan, saya tulis segini dulu, saya mesti lanjut kegiatan santai saya. Lain waktu InsyaAllah saya sambung lagi ketika ingin.

Terserah yang Tidak Terserah

Seperti yang Tuan Nyonya ketahui, minggu ini saya ada pameran pasar modal di basko Mall. Yang otomatis jam operasionalnya mengikuti jam operasioal mall, bukan jam kantor lagi. Selama seminggu ini aja sih. Mayan ganti suasana. Hotpants dan rok mini dimana-mana. 

Fokus. 

Karna mesti pada jagain stan, banyak yang nggak bisa ikut main futsal di jadwal rutin Kamis sore. Eh tapi syukurnya ada undangan pertandingan dari kawan-kawan Pojok BEI Unand. Rencana lama sejak beberapa bulan sebelumnya belum terlaksana.

Bagus euy sekarang Pojok, dulu nggak kepikiran mau ngadain tanding dengan orang-orang sekuritas karna "jarak" anak-anak kampus dengan bapak-bapak kantoran. Sekarang Alhamdulillah dengan mulai maraknya perkembangan event pasar modal di Padang, "jarak" itu sudah mulai menipis kemudian. 

Dari awal kami memang menyerahkan pengaturan jadwal dan lokasi pertandingan kepada Pojokers. Selama di luar hari dan jam kantor, dan lokasinya juga nggak terlalu jauh dari kantor-kantor sekuritas yang kebanyakan di bawah. Secara kalau mahasiswa lebih fleksibel dalam hal waktu ya.

Saya sih sebagai penyambung aja, antara Pojokers dengan AB-AB tersebut. Sudah beberapa kali pojokers nanya jadwal yang kami bisa dan saya teruskan ke senior-senior tersebut, dan dijawab selalu dengan: Terserah, atur aja. 

Ok, sampai tadi malam Pojok ngasi tau jadwal futsalnya Sabtu jam 3 di Dimension Sawahan. Saya kasih kabar lagi para senior-senior AB, dengan mendapat tanggapan: Kok jam 3, Jam 5 atau kelar Ashar gimana? 

Haaa...

...deeehhhhh....


Becandaan Serius? atau Serius Becandaan? (Antara Bursa Efek dan BUMI)

Inget ga kemarin saya cerita tentang sistem transaksi bursa yang drop di hari Senin setelah lebaran. Yang ini, bisa dibaca lagi.

Jadi kan saya bilang waktu itu sih becandaan rekan-rekan pialang kalau sistem bursa drop disebabkan di hack oleh BUMI. 

Seminggu ini, di Basko Mall ada pameran pasar modal. Ada beberapa perusahaan sekuritas turut serta, termasuk saya dan beberapa sekuritasa lainnya. Katemu dan ngobrol-ngobrol dengan pialang senior dan kepala cabang sebuah sekuritas. 
Ngobrol tentang BUMI, dan menurut info yang diperolehny, perkara sistem drop lebih parah dari becandaan saya dan rekan-rekan lain.

 Kalau saya bilang nya di hack oleh pihak luar, nah Bapak satu ini bilang malah Bursa sendiri yang sengaja mematikan sistem. 
Penuturan beliau kira-kira seperti ini, "Jadi kan surat pemberitahuan kerugian semester pertama BUMI itu sudah diketahui sebelumnya hari H terbit (Senin) artinya Sabtu Minggu udah pada tau (biasa la saham Bakrie insidernya banyak kan y). Nah yang pada tau itu pada minggu malam atau senin dini hari sudah berbondong-bondong pre order jual. SEMUA. Bisa langsung auto reject kiri itu saham BUMI.
 "Makanya bursa dengan sengaja mematikan sistem."

"Tapi kan kalau cuman satu saham BUMI itu aja kok bursa segitunya, Pak?" Saya tanya.

"Ya berdasar pengalaman 2008. Semua tau BUMI itu dulu termasuk saham sejuta umat. Sekarang pun gitu. 2008 itu ketika BUMI anjlok ya bukan BUMI nya aja, bukan saham-saham Bakrie seven aja, tapi sampai ke saham-saham tangguh macam astra pun bakal melorot tajam. Bahkan sampai-sampai indeks kita (IHSG) bakalan longsor."

Sampai penjelasan itu, saya manggut-manggut. Logis dan dapat dimaklumi kalau memang demikian adanya. 
Luar binasa bener ini Bumi. Bravo lah.

Dan pesan moralnya jelas mah, untuk para newbee di pasar modal, hindari selalu saham-saham grup Bakrie,  terutama BUMI. Apapun bujuk rayu rekan trader, maupun pialang anda. Saran mereka nggak akan bisa dijadikan sebagai jaminan kerugian anda dikemudian hari. 

Demikian, wasalam.