Sesuai rumus dari para pakar personal finance, financial planner, atau apapun sekarang istilahnya, bahwa dari total pendapatan, perlu adanya anggaran saving/investasi senilai minimal 10%. Bahwa kenyataannya, untuk kasus tertentu, agak-agak sulit menerapkannya dengan tingkat pendapatan yang ada di Indonesia sekarang ini. Baik itu sulit karna memang sulit, ataupun sulit karena mindset. 

Nyatanya, kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya, negara-negara emerging market dimana kelas menengah sedang tumbuh-tumbuhnya. Negara majupun juga serupa, seperti saya ketemu artikel ini. 

Bahwa masyarakat yang memiliki income paling tinggilah yang memiliki rasio saving tertinggi, ya itu baik karna mampu maupun karna mau. Sehingga ini kemudian menimbulkan tanya bagi saya, apakah golongan rich ini menjadi kaya karena pola savingnya yang cukup tinggi atau dengan pola saving tinggi itu semua golongan kemudian menjadi 'rich'? Atau berpola saling impulsif?  
Ponsel saya bunyi, saya jawab.

"Rif, ada Pak Wawan? " Bang yomi nanya.
"Oh, ada bang..."
"Bentar rif..."
"Ok bang."
"..."
"..."
Setelah hampir satu menit, bang yomi tetep diam, lha sayanya bingung. Ini bentar ngapain kok diam aja. Habis itu telepon mati.

Tak lama berselang kemudian bang yomi balik ke kantor, "Rif, kok ga jadi tadi kasih telponnya ke Pak Wawan?"
"Lho, itu tadi maksud abang bentar itu mau ngomong ke Pak Wawan? Saya kira bentar nunggu abang mau ngomong apa gitu... Hahahaa...'

"Halah..."