Analisis Fundamental dan Teknikal di Euro 2012

Yang biasa berinvestasi di bursa saham pahamlah ada dua panduan general dalam melakukan analisis saham. Ada analisis fundamental dan teknikal. Fundamental terkait kekuatan internal perusahaan yang tercermin dalam keuangan maupun operasional. Kinerja baik, saham kinclong. 

Analisis teknikal, berdasar tren historis harga saham tok. Apa belakangan cendrung naik (uptrend), mendatar (sideways), atau malah tren turun (downtrend). 

Beberapa kali saya mencoba menggunakan analisis teknikal dan fundamental perusahaan dalam hal di luar bursa saham: PERMAINAN BOLA. 

Dari beberapa kali percobaan analisis, konsep fundamental dan teknikal lebih mempan untuk pertandingan berkonsep turnamen dibanding liga. 

Pada turnamen Piala AFF 2010, menjelang final Indonesia vs Malaysia, saya memperkirakan Malaysia yang bakal jadi juara. Mengingat kalau fundamental kedua tim yang nyaris sama kuat, maka tersisa teknikal keduanya untuk diperbandingkan. 

Tim Malaysia, di pertandingan pertama dibantai Indonesia 5-1, kemudian mulai secara rutin memperoleh kemenangan dengan margin keunggulan gol maupun statistik pertandingan yang semakin membaik. Dalam hal ini, Malaysia mengalami sebuah uptrend. 

Indonesia, menang 5-1 di pertandingan pertama, kemudian 6-0 melawan Myanmar, dan kemudian kewalahan melawan Thailand, maupun di semifinal melawan Filipina hanya mampu unggul 1 gol saja. Leg kedua, untung masih dihelat di Jakarta. Maka secara  teknikal, saya menyebutnya sedang downtrend. 

Ketika kedua tim dipertemukan, berfundamental sama, maka jika teknikal di adu. Ya yang bakalan menang adalah tim yang mengalami uptrend. Terbukti Malaysialah yang muncul menjadi juara. 

Berhasil menganalisis secara tepat juara AFF, saya nyoba metode analisis serupa di konsep liga-liga Italy, Inggris, maupun Spanyol, tapi sepertinya kurang mempan. 

Baru kemudian di Piala Champion 2012 kemarin saya mencoba lagi hitung-hitungan final Chelsea vs Bayern Munich. Hitungan fundamental kembali saya asumsikan selevel antara kedua klub. Diperkuat pemain-pemain yang berkualitas, dan secara mental juara pun sama. Sama-sama lemah maksud saya. Munchen berkali-kali masuk final dalam dekade terakhir, namun seringnya gagal. 

Chelsea pun, sama sekali belum pernah juara, dan bahkan dari beberapa kali final, tak pernah menang. Makanya saya sebut fundamentalnya sama. Meskipun Munchen tampil di kandang sendiri, menurut saya, ketika sebuah pertandingan bertajuk final. Faktor tuan rumah sudah tak berlaku. Kedua tim mendapat tekanan yang sama untuk juara

Nah untuk teknikal, saya memprediksikan Chelsea akan jadi juara, karena itu tadi secara teknikal yang uptrend. Sempat terseok-seok di babak kulifikasi grup dan bahkan hampir gagal ketika ditangani AVB, langkah Chelsea ke final semakin mantap ketika kedudukan pelatih berganti ke Roberto DiMatteo. 

Sedangkan Munchen, luar biasa Tuan, kerap kali cetak gol dengan jumlah yang banyak, dan tim selevel Madrid pun berhasil ditaklukkan, karena menurut saya, untuk fundamental, Madrid lebih unggul. Unggul dengan skor-skor tinggi, dalam segi teknikal, saya sebut Munchen telah berada di area 'overbought'. Maka saatnya lah untuk koreksi. 

Dan buktinya, Munchen gagal raih gelar. 

Hmmm.. Sekarang di Piala Eropa 2012 Polandia Ukraina.

Tadi malam, analisis saya berlaku dalam pertandingan Italy vs Jerman. Jerman terlihat lancar-lancar saja di babak grup, Italy? Hanya sekali menang saja. Fundamental mah masih sama juga sih.

Terus, bagaimana untuk pertandingan final Spanyol vs Italy? Ini sih saya jadi bingung, kedua tim sesama mengalami uptrend. Tapi ibaratnya, garis uptrend Spanyol berada di atas garis uptrend Italy.

Meski demikian, saya meyakinkan Italu yang bakalan menang. Untuk dominasi permainan sih keknya bakalan dipegang Spanyol, tapi pemain Italy terliat lebih tenang dalam dan matang dalam meredam pola permainan lawan. 

Hmm, kok analisisnya malah jadi sperti analisis bola lainnya. Udah melenceng dari konsep fundamental dan teknikal. 

Udah ah, liatin pas finalnya aja.

Jalan Kledekan Namanya, di Jogja (2)

Pagi Kamis bangun, rencana jalan kemana-mana saja sama Angga lagi. Karna Anggit juga ada jadwal praktikum. Tapi eh, batal deng kuliahnya.. 

Ngeeeng.. Siap beres-beres, pergilah kami ke Malioboro. Jalan-jalanlah biasa. Kek semacam kewajiban bagi orang yang berwisata ke Jogja untuk pergi ke sana. 

Rencana ke Borobudur terpaksa ditiadakan Tuan, mepet sekali, karena malamnya kami sudah harus kembali ke Jakarta. 

Siang, habis dari Malioboro, mampir rumah dulu,  muter-muter lagi, ke kampus UII, kampus lama Anggit. Ada perlu dia di situ. Magriban, makan malam dan nyari minum dulu ke Rumah Coklat. Minumannya dan makanannya enak. Coklat. You know lah.

Habis itu langsung ke stasiun. Naik kereta malam, balik ke Jakarta. Pilih yang nyaman dikit. Ada sedia selimut, colokan listrik buat cas, tivi juga. Lelap saja. 


Sampai Subuh di Gambir. Kepagian ya? Mengingat tiket ke Padang baru jam 4 sore. Lama euy, mesti kemana buat nunggu. Mau tempat sepupu takut ga di rumah karena kerja. 

Bukankah deket ke Monas? Iya. Tapi ngapain ke sana, ngapain aja. 

Ke mall? Subuh mana buka... Lagi deket situ juga cuman adanya kantor-kantor saja.Coba lah kami telusuri itu, sampe capek juga adanya kantor-kantor.. Istirahat dulu, liatin atraksi warga antri busway rame-rame, di sebrang, tempat kami istirahat duduk di halte. Sarapan roti. 

Di belakang apa sih? Oh, ada museum. Museum nasional RI. Jam buka ada tinggal setengah jam lagi. Ke sana saja? Iya. 

Jadilah kami ke museum nasional RI, atau juga museum Gajah kah? Gedungnya bagus terbagi dua, satu sebuah bangunan lama, satu lagi sebuah bangunan berkonsep modern. 

Koleksinya pun bagus-bagus, sayang sekali kalau yang datang ke sini sedikit orang saja.

Hmm.. Saya masih ingin lanjut ceritanya.. Tapi sih ngantuk sekali.. lagi ngumpulin passion buat nulis lagi, setelah tiga mingguan vakum. Vakum karena liburan ini, juga urusan kerja.

Belum lagi mau ngumpulin materi untuk http://sahambagus.com, serta analisis-analisis terbarunya. 
Sekian dulu Tuan, buru-buru saya, mau tidur.

Jalan Kledekan Namanya, di Jogja (1)

Kejadiannya waktu saya selesai outing atau party atau holiday atau apapun namanya yang diselenggarakan kantor yang berlangsung glamor di private island macam pulau umang itu. Kalau langsung pulang ke Padang kok rasanya seperti terburu dan nanggung gitu ya. Urusan kantor pun masih belum tentu kejelasan terangnya.

Ya baguslah kalau jalan dulu hitung beberapa hari. Kemana? Ke Jogja saja jadinya? Iya. Itu kesepakatan saya dengan Angga. Yang kemudian nyusul ke Bandara Soetta dari kosannya. Ke Soetta karena saya harus meng-cancel tiket ke Padang yang buru-buru itu.

Secara spesifik alasan ke Jogja bukan karena apa-apanya yang menjadi daya tarik wisata dan budaya Jogja pada umumnya. Karena seperti yang Tuan tau, saya mah lempeng aja. Indonesia selalu indah di mana saja. Pun dunia yang terbentang ini. Biasa saja menurut saya. Dalam artian karena semua hamparan Allah itu menkjubkan, ya memang standarnya begitu. Jadi biasa saja. Adalah wajar indah begitu. Mengerti kah maksud saya?

 Ubi bene, ibi patria.

Tapi Tuan, kami memilih Jogja karena ada teman kami di sana. Si Anggit yang dulu itu. InsyaAllah di KTP namanya juga demikian. Teman semenjak SD, SMP, dan SMA juga. Ingin mengunjunginya lah sekalian, selain mempasrahkan hidup karena kegembelan kami. Haha..

Menggembel pun di mulai. Setelah tiket Jakarta-Padang di cancel, segera dari bandara ke stasiun Senen dengan masing-masing satu tas punggung.

Apakah seperti takdir, berangkat dari Senen, di hari Senin malam? Yang menjadikan kami sampai jogja pas Subuh, untuk kemudian membangunkan Anggit. "Nggit, jemput." Ok si Anggit datang, kemana? Terserah Anggit mau bawa kemana. Kami yang buta arah sudah pasrah dibawa kemana.

Muter-muter aja ternyata subuh-subuh, sambil paginya sarapan nasi gudeg. Ok.

"Ibu saya pulang ke Padang kemarin, jadi harus antar jemput adik-adik." Oo.. jadi hari pertama, ikut si Anggit antar jemput adik-adiknya yang empat orang itu ke sekolah. Serunya jalan-jalan seperti ini, mengikuti keseharian warga Jogja, bukan hanya sekedar meliat wisatanya saja.


Mampir siang di Kalimilk, cafe yang menyediakan susu murni aneka rasa, dulu pacar saya pernah rekomendasiin itu juga. Sore balik ke rumah si Anggit untuk anter adiknya dan meladeni tantangan maen peesnya. Kelar Ashar, berangkat lagi, buat nyari makan malam sekalian. Eh mampir dulu, jemput Ella, cewenya si Anggit. Dan di rumah Ella akhirnya ketemu juga dengan si Tam-tam kucing Persia jantan yang sering diceritakan si Anggit. Uyeeh..

Pulang makan yang gagal (karena terjebak dengan sambel rawit yang pedes), mampir ke alun-alun selatan, si Angga nyari-nyari spot foto. Nggak terlalu maksimal karena lighting kamera maupun background lighting di alun-alun itu sendiri kurang oke,.

Pulang. Tepar. 

Rabu, hari kedua di Jogja, subuh-subuh si Anggit nganter adiknya sekolah. Jam 9 nya ada ujian di kampusnya, tempat dia kuliah S2 sekarang. Yaudah saya dan Angga ikut lah ke UGM itu, sambil nyari sarapan di kampus. 

Sejam doang, Anggit kelar ujian, tapi ternyata masih harus jemput adiknya..

"Kalau begitu Ngga, kita jalan sendiri aja.."
"Ok..."

Ah, Prambanan deket ini. Tinggal naik Transjogja saja kan. Merkonsep serupa dengan Tansjakarta, tapi di Jogja. Halah..

Nyampe stasiun terakhir yang juga berlokasi di lokasi Prambanan, becak becak pada ngrubutin. "Sepulu ribu saja Pak, ke gerbang Prambanan.."

Kami tolak laaa.... Deket ini saja,.
Jalan aja dong ke gerbangnya...
Sett... Cape juga yah.

Kami ambil tiket satu paket yang juga ke objek candi Ratu Boko. Poto-poto. Bagus-bagus sih memang candi-candinya. Apalagi Borobudur kali ya? "Besok deh kita ke sana."

"Boss..gua ga bisa jemput ke Prambanan, ntar pulang naik tranjogja agi aja." Weeeewww... Pulangnya, tetep ogah kami make becak dari Prambanan ke halte. Pertama, kekeuh pada gengsi, tadi udah ditolak kok. Kedua, ehm, duit kami terbatas Tuan.. Hehehe

Turun di Ambarukmo Plasa pas azan magrib, nyari makan, lapar sangat karena makan terakhir kami pas sarapan di UGM itu saja. Makan siang kelewat.

Pulang ke rumahnya? Jalaaaannn lagi... dari Ambarukmo ke Kledekan. Sumpe lah nyampe rumah dan bisa merebahkan diri di kasur itu rasanya lega sekali.

Kelar magrib, maen pees betiga sama Anggit sama Angga nyampe jam 11an malam aja ternyata. Kelar pees, pergi makan ke angkringan, ngopi joss, dan makan nasi kucing yang ya ampun seiprit sekali. Saya perlu empat untuk menjadi kenyang, hmm...

Pulang lagi hampir jam 1 dengan menggadang-gadang bakal nonton bareng Jerman vs Belanda. Beli camilan, nongkrong depan tipi.. Pertandingannya berlangsung se Zzzzzzzzz....zzzzzzzz.....

Badai Padang

Akhirmya ini listrik nyala. Setelah apa? Ah masa Tuan masih bertanya juga, ya karena alirannya mati. Namun beginilah saya menceritakan juga, sebabnya putusnya aliran listrik tersebut.
Sore tadi sekitar dua jam dari jam lima hingga jam tujuh di Padang ini hujan badai. Luar biasa. Badainya. Tuan yang terbiasa dengan hujan badai yang berimplikasi dengan tumbangnya pohon-pohon dan papan reklame seperti di Jakarta tentu bisa membayangkan dan atau mungkin merasa biasa.
Namun di Padang, sepanjang pengalaman saya ini rasanya yang gila-gilaan. Di jalan pulang mobil saya ditimpa ranting-ranting pohon berjatuhan. Alhamdulillah, mengingat dikondisi yang lain kendaraan dan rumahnya malah ditimpa pohonnya sekalian.
Jadi khawatir dengan saya punya rumah. Ralat, rumah orang tua tempat saya naung.
Di belakang rumah, ada kebun tetangga. Seluas lapangan futsallan. Isinya pohon-pohon kelapa dan pohon-pohon lain. Lebih tinggi dari rumah saya. Usianya? Lebih tua dari rumah saya yang tahun1995. Rawan tumbang Tuan.
Ya cemas saya.
Tetangga sebelah rumah saya juga. Kekuatiran kami sama terhadap itu batang kelapa. Oh satu lagi, potongan-potongan seng  di atap rumah yang masih berserakan. Om itu minta tolong saya naik ke atas dan mengkondisikan seng-seng tersebut. Ok, Om.
Belum jadi naik, sehelai seng terbang dengan kencang. Menghantam kening itu Si Om, MasyaAllah. Kening dipeganginya, darah nyecer..
Ah,. Istri si Om perawat. Kening berdarah teratasi dengan enteng, Alhamdulillah. Saya lanjut ke atas.. Ngeri euy. Pohon kelapanya jelas jadi lebih dekat rasanya. Seng-seng itu segera diberesi.
Turun.. Nelpon pacar dulu (sempeeettt aja), tidak lama magrib dan badainya reda.
Lima jam sebelumnya, seperti ada yang aneh di langit Padang. Awan putih luuuurruuuuuuusss membentang sekitar puluhan kilometer dari arah laut (barat) menuju ke arah bukit barisan (timur). Kontras dengan langit terang bersih.
Nggak ngerti juga apa korelasinya, selain hari ini juga sedang gerhana bulan katanya. Dan di jam yang sama dengan badai di Padang, Sukabumi kena gempa 6.2.
Nggak ngerti saya apa ada kait-terkaitnya. Mudah-mudahan nggak apa-apa, selain masyarakat jadi lebih waspada dan meningkatkan keimanan.

Model Bisnis (Ponzi) VGMC: History Repeat it Self!

Ada yang sudah ikut 'berinvestasi' saham emas VGMC? Yang sudah ikut kami ucapkan selamat atas deviden-devidennya. Yang belum ikut, kami sarankan jangan. Atau kalau memang mau ikut, ya cukup dengan dana minimum saja, dan batasi waktu untuk terlibat dalam 'investasi' tersebut cukup dalam jangka pendek saja. 

Kenapa, karena dengan market growth (pertumbuhan nasabah) yang cukup drastis begini, terutama di Kota Padang, itu pyramidnya sudah kelebihan beban. Kelebihan beban untuk kemudian ambrol. Diperkirakan ya tinggal menunggu waktu. Mungkin satu tahun, dua tahun, tiga tahun (sesuai 'target IPO' mereka), atau malah lebih cepat dari itu. 

Dalam dunia investasi keuangan, model bisnis yang dijalankan oleh VGMC dan sejenisnya ini termasuk dalam skema Ponzi. Definisi detail skema Ponzi sendiri bisa lah Tuan search di google. 

Kenapa kami beranikan mengopinikan demikian, karena kami pribadi sudah datang langsung dan menanyakan model investasinya ke kantor/perwakilan VGMC yang ada di Padang. Oh maaf, bukan kantor VGMC, tetapi kantor komunitas yang memperdagangkan saham milik VGMC, karena VGMC ini sendiri tidak memiliki cabang di Indonesia. 

Jadi beberapa hari lalu saya dan Early berkunjung ke kantor tersebut dan berdiskusi dengan salah seorang petugasnya, karena jujur kami penasaran dengan return-return yang ditawarkan oleh VGMC ini. Menarik. 

Kalau masalah legalitas jelas-jelas BAPEPAM-LK dan lembaga-lembaga terkait memberitahu seperti di link ini. Selain itu sudah cukup banyak artikel yang membahas seperti di sini atau di sini. Sudah jelas dibahas bahwa mereka samasekali tidak memiliki perizinan di Indonesia, artinya jika dikemudian hari investor merasa ditipu ya lembaga peradilan di Indonesia tidak akan bisa membantu. Kalau mau ya nuntut langsung ke Dubainya sana.         

Sampai di sini mungkin sudah ada yang mengonter tulisan ini dengan ungkapan seperti "ah, dari dulu aman-aman saja kok, dan kalaupun bisnisnya nggak jelas ya terserah saja, saya sudah dapat gain banyak ini." Sekali lagi kami mengucapkan selamat atas gain tersebut. 

Namun mungkin perlu disampaikan bahwa kita ada memiliki perbedaan arah pembicaraan dengan komentar semacam itu. Kami sebenernya melalui ini ingin mengajak masyarakat menjadi smart investor. Karena kalau investor berkata 'terserah mau bisnis emasnya asli atau tidak, yang penting saya dapat gain', maka kami yakin jika VGMC ini berbisnis tuyul pun investor seperti itu samasekali tidak merasakan masalah. 

Oke lanjut, selain legalitas yang tidak ada, perlu diketahui juga bahwa perusahaan VGMC ini tidak benar-benar ada. Apalagi 'tambang emas' yang mereka yakinkan kepada nasabah. Kami akan coba fokus membahas dalam tatakelola perusahaan saja.

Begini, dalam  standar penjalanan operasional perusahaan, yang namanya investor itu adalah pemodal dari perusahaan itu sendiri. Ketika kami berdiskusi dengan tradernya itu, disebutkan bahwa investor tidak bisa memperoleh/mengakses laporan keuangan perusahaan. Meeennnnnnnn.... Bayangkan, anda memberi orang modal kerja, namun orang tersebut tidak mau memberi tau anda hasil kerjanya? Fuck. 


Bahkan, berapa luas lahan tambang, dimana-mana saja lokasi tambang, berapa yang telah berhasil dieksplorasi pun tidak bisa ketahui. Meeeennnnnnnnn.... Bayangkan, ada orang minta modal usaha kepada anda, pas anda tanya dimana lokasi usahanya mereka malah ga mau bilang? Fuck. 

VGMC mendalihkan pertanyaan-pertanyaan seperti itu dengan yang namanya 'dividend emas' kepada pemegang sahamnya. Setau saya, dalam keputusan pembagian dividen perusahaan, harus didahului dengan RUPS, na ini kapan RUPS nya saja kita nggak tau, atau mungkin ada, tapi kita sebagai investor tidak di undang. Meeeeennnnnnn..... Ada orang yang anda modali kerja mau membagikan hasil usahanya tapi pas rapatnya anda tidak diberi tahu samasekali? Fuck. 

Dividen yang dibagikan itu rutin dan berjumhlah stabil. Dari hasil percakapan kami trader VGMC itu mengatakan dividen dibagi berdasar hasil jual emas di lahan tambangnya. Kita tentu tau bahwa harga emas itu naik turun di pasar, namun mereka mau memberi imbal hasil tetap? 

Dari situ saja sudah dapat tersimpulka bahwa VGMC itu tidak riil ada secara entitasnya sebagai perusahaan tambang. Setuju? Sebrengsek-brengseknya Freeport sebagai perusahaan tambang emas level dunia mengekploitasi tanah Papua, namun mereka masih tetap menjabarkan dimana-mana saja lahan mereka, apa yang akan ditambang, berapa jumlah pekerja, dan bahkan setelah semua itu mereka tidak serta merta buka kantor pusat di negara bebas pajak seperti Panama.

Yang kemudian menimbulkan pertanyaan lanjutan, dari mana VGMC bisa membagi imbal hasil yang jumlahnya tetap, rutin tiap bulan, dengan jumlah yang luar biasa di atas instrumen-instrumen investasi resmi lain?

Maka kalau the real smart investor sampai di sini sudah akan memutuskan untuk tidak melakukan investasi di sana dengan menimbang legalitas usaha dan bentuk usaha nyata perusahaan. 

Nah, bagi yang masih tergiur dan lanjut juga, sebaiknya ubah cara pandang. Jangan pertimbangkan samasekali hitung-hitungan bisnis tambang emasnya karena nyata-nyata abal-abal. Jadi lihatlah dari skema Ponzi nya itu sendiri. Dari sistem member-membernya.

Dari hitung-hitungan yang dijabarkan oleh trader VGMC waktu kami berkunjung ke sana jelas tersirat bahwa 'dividen' rutin yang berjumlah wah untuk ukuran investasi bulanan itu berasal dari investor baru yang masuk. Karena dari tiap investor baru yang masuk, investor lama akan mendapat 10% dari investasi investor baru tersebut. Itu baru bonus get membernya saja. 

Lantas dari mana dividen-dividen itu diperoleh? Ya dari sisa 90% dana investasi investor baru tersebut. Karena jelas dana investasi tersebut itu tidak akan digunakan untuk eksplorasi tambang apa pun. Jelaskah?  Jika jumlah investor baru semakin sedikit, maka dividen-dividen tersebut kemudian akan tersendat. Untuk selanjutnya apa? Ya apa lagi kalau bukan sistem yang ambruk. 

Sehingga berikut ini tips-tips dari kami bagi yang masih nekat ikut model bisnis demikian:

1. Sertakan dana terbatas saja. Dan pastikan jikapun kemudian uang tersebut tidak kembali, perekonomian sehari-hari anda tidak terganggu. 

2. Cukup sekali termin ikutnya. Mengingat dalam VMC ini sekali termin 45 hari dan jika ditarik baru bisa  45 hari kemudian. Total 90 hari. Sangat tidak likuid untuk ukuran yang katanya sistem online. Selain itu karena VGMC ini sudah cukup lama untuk bisa tetap bertahan sampai sekarang, ambrolnya tinggal tunggu waktu. Lain hal jika VGMC dan bisnis model sejenis baru masuk ke Indonesia. 

3. Jangan ajak-ajak orang-orang tua/perekonomian pas-pasan. Kasian, mereka awam investasi. Jika terjebak ini akan justru membuat massyarakat antipati terhadap sistem investasi financial apapun. 

4. Jika kemudian akhirnya terjebak dan bisnis ini amblas, jangan mengadu/meminta pertanggungjawaban/memprotes lembaga-lembaga pemerintah seperti polisi/kehakiman/dll. karena itu akan sangat norak sekali Tuan. Sudah jelas-jelas pemerintah tidak memberi izin terhadap jenis bisnis ini masih ikut juga,. 

Lagipun yang dari polisi/pejabat itu sendiri cukup banyak yang ikut bisnis ini sehingga mereka juga tidak mau repot-repot mengusut kasusnya. Karena kalau diusut justru akan menimbulkan pertanyaan lanjutan kepada mereka: dapat duit dari mana kok bisa ikut bisnis tersebut dalam jumlah banyak?

Kami jadi teringat dengan kasus QSar dahulu dengan dasar yang mirip dengan VGMC ini. Cuman beda modus ada, VGMC berdalih bisnis tambang, QSar berdalih bisnis agriculture. Nasibnya kemungkinan juga sama, tidak akan terusut tuntas. Jika sampai demikian terbukti kembali sebuah pepatah lama dalam dunia investasi: History repeat itself!