Kenapa Menginap di Bamboosa Bukittinggi

Minggu lalu saya dan istri ada menghadiri undangan resepsi di Batusangkar. Pulangnya kami putuskan mampir di Bukittinggi. Sekaligus go show aja kalau kalau niat nginap. Memang nginap sih serunya, karena nyampe juga udah deket magrib. Pas nyari-nyari hotel, karena long weekend, pada penuh semua. Bahkan hotel-hotel yang kalau liburan weekend biasa, kita bakalan meleng liatnya, kali ini penuh. Tau kan, bangunan satu lantai, terlihat kayak rumah semi permanen, dan tertulis: Hotel XYZ, dan kita jadi nyeletuk, "Lha, ini hotel?" Nah hotel-hotel seperti itu juga penuh. Lokasinya yang menawarkan kedekatan denga jam gadanglah menjadi nilai jual utamanya.

Upaya mencari hotel dialihkan via daring. Istri nemu di booking.com guest house bernama Bamboosa. Melihat lokasinya yang menjauh pusat kota dan dengan harga 200 ribuan, saya sempat tidak berekspektasi banyak. Tapi ya sudah, sudah mendekati jam 11 malam. Keputusan diambil. 

Ternyata apa yang kami dapatkan bisa dibilang beyond expectation. Kamar bersih dengan full karpet, kamar mandi bersih dengan air panas dan toiletris dasar lengkap. Di kamar ada tivi dengan chanel lokal lengkap, espn dan beberapa chanel luar lain ada juga malah (bukan liga utama eropa), dan exhaust fan. AC nggak ada - Bukittinggi kan? Paginya dapat sarapan juga. Oya, wifi juga dong, ga tau kenceng atau nggak.

Dari review di booking.com, Tuan akan dapatkan rataan rate yang tinggi: 8.3. Dan kebanyakan yang review itu turis asing.  Benar kok, paginya sarapan, kami ada ketemu seorang turis Jepang, dan sempat ngobrol dengan pasangan dari Prancis, mereka sudah nginap seminggu disana katanya.

Pasangan Prancis ini ga tau deh udah nikah atau belum dengan usia mereka yang masih sama-sama di bawah 30 tahun, sama seperti kami, apalagi kami masih di bawah 20an, haha. Tapi entah guest house nya ada nanya apa mereka sudah nikah atau belum. Soalnya kami ditanyain. Kami anggap aja untuk mengusung konsep menjunjung kultur masing-masing aja.

Warga asing ya wajar sih belum nikah udah sekamar. Kita karena warga lokal, ya nggak lazim. Walaupun mau. Haha. Apalagi karena guesthouse nya berada disekitaran rumah warga (bukan di pusat destinasi wisata). Terkait lokasi ini, nggak jauh-jauh amat kok. Kota Bukittinggi besarnya segitu doang, kalau ga ada kendaraan pihak guesthouse bisa bantu nyariin.

Dan bukan berarti karena letaknya dekat dengan perumahan warga, guesthouse-nya jadi beneran mirip rumah-rumah di perkotaan. Namanya juga Bukittinggi. Rumah terbagi dari dua bangunan utama yang terpisah, satu dibagian bawah, dan satu lagi dibagian atas. Serunya dibagian atas, di pagi hari kita disuguhi pemandangan langsung ke Gunung Marapi, sebelum tertutup awan siangnya. Dengan hanya 200 ribuan. Tidak semua penginapan di Bukittinggi bisa menawarkan hal serupa. 

Jika tuan googling, picture yang tersedia kebanyakan ya foto kamar, kamar mandi, ruang tengah rumah untuk kumpul penghuni guesthouse. Maka ini coba saya post foto lainnya, seperti tempat sarapannya dan  jalan tangga antara bangunan rumah yang di atas dan di bawah (rumah, tempat sarapan, resepsionis). 
Saya dan istri, jika berkesempatan lagi nginap di Bukittinggi, dengan mengifisienkan dana, mungkin akan pilih guesthouse ini. Kalau ke hotel-hotel menengah yang ada, tidak sepadan value for money nya jika diperbandingin keduanya. Dan saran kami ke Tuan, jika nyarinya memang hotel di Bukittinggi, bagusnya sekalian di hotel bintang 4 atau 5.