Setelah 48 hari, baru kamis kemarin kami bisa balik ke kampung, baru kemarin bisa menziarahi pusara ayah. Justru karena tidak direncanakan. Karena sebelum-sebelumnya, tiap kali merencanakan ziarah, pas h-1 ataupun hari H keberangkatan, ibu selalu menjadi drop karna sedih duluan.  

Karena ada kerabat family yang kemalangan di hari rabu, maka jadinya mau tak mau ibu bisa berani pulang kampung. Dan karena hari Kamis libur, saya juga bisa turut ziarah ke kampung ayah. Pusara ayah, pusara nenek juga. Inysaallah nanti juga sebelum atau pas Ramadhan.


Besoknya di Masjid UI Depok, memang acaranya cuman nikahan aja. Walimahannya baru akan dilaksanakan bulan Agustus. Karena cuma nikahan, ba’da zuhur acara sudah selesai dan sisa hari sampai besoknya adalah acara bebas aja. Family yang sudah berkeleuarga sudah pergi dengan keluarga masing-masing dengan tujuan dan acara sendiri. Tinggalah saya dan abang sepupu bengong sebagai lajang.

“Ikut kami dulu aja, ntar mau kemana gampanglah.” Kata abang sepupu lainnya, yang memang sudah berkeluarga di Jakarta. Ok. Tapi nggak jauh ninggalin depok, nyampe lenteng agung, saya dan abang sepupu liat ada travel Baraya ke Bandung. Kami minta berenti bentar, eh ada jadwal berangkat ke bandung setengah jam lagi. Langsung begitu aja kami memutuskan akan ke Bandung. Balik ke mobil, pamit dan nurunin tas. Sampai akhirnya kami turun di Surapati Bandung magrib-magrib.
***
Saya rasa Tuan sudah tau, bahwa kalau berkunjung ke Bandung itu hanya akan menghadapi dua pokok utama; makan dan belanja fashion. Maka tak usahlah saya terangkan di sini bahwa saya dan abang sepupu saya punya tiga kali makan malam sejak nyampai magrib di sana. Tak usahlah saya ceritakan bahwa kami bisa dapat penginapan murah di Wisma PU di Martadinata, jauh lebih murah daripada penginapan umum lain yang dengan harga melonjak kalau malam minggu.

Saya juga gak akan cerita bahwa di kafe samping penginapan itu ada nobar final La Liga Barcenlona vs Atletico Madrid, serta masih sempat menyaksikan lanjutan Arsenal vs Hull City yang mesti diselesaian dengan silver goal. Tak usah pula saya cerita kalau kami bukannya pulang sehabis itu, karena pas disebelah kafe itu, artinya dua bangunan disebelah penginapan kami, ada Bober café, tempat biasa ayah Pidi bersama The Panasdalam tampil dan menyediakan rokok shisha yang menimbulkan penasaran abang sepupu saya itu. Lantas mana mungkin juga saya akan menceritakan pengelaman di Bandung kemarin kalau kami malah hanya duduk-duduk di Bober itu sampai subuh sehingga tidak rugi kami nyewa penginapan murah yang hanya disinggahi untuk mandi.
Bagaimana mungkin juga saya akan cerita pengalaman di Bandung kalau kaminya telat bangun, padahal paginya orang ramai ke Gasibu yang dekat dengan penginapan, yang menyebabkan kami jadi jogging kesiangan. Jadinya kami sarapan kesiangan. Jadinya jajan-jajan kesiangan.

Kalaupun ada yang perlu saya ceritakan di Bandung kemarin itu adalah akibat kami kesiangan itu. Penerbangan untuk ke Padang sudah kami pesan untuk jam 6 sore, citilink lagi, melalui bandara Cengkareng. Pengalaman nyaris ditinggal pesawat Jumat malam sebelumnya itu, terlintas lagi. Habis zuhur, baru kami akan balik ke penginapan. Jam 1, siap-siap cekout dan mencari bis keberangkatan ke Jakarta.

Supir taksi prihatin mengetahui penerbangan kami jam 6. “Kok baru berangkatnya sekarang? Kenapa nggak mesen penerbangan langsung dari Bandung aja? Sekarang hari minggu, arus balik ke Jakarta ramai, anggap paling cepat 4 jam. Kalau cekin bandara jam 5, jam 1 tadi kalian harus sudah berangkat dari Bandung. Ini palingan kalian dapatnya bis jam 2, nyampe sana ya jam 6.” Iya, bapaaak, kami sudah tau itu genting...

Biarpun begitu, supirnya mau bantuin kami ngebut ke Batununggal lewat tol, sampai-sampai pak supirnya kena tegur sistem Bluebird karena sudah melaju lebih 120km/jam. Sesuai perkiraan, kami dapetin Primajasa untuk jam 2. Pasrah lagi aja, mau nyampe jam berapa di Cengkareng. Saya cuman nyayangin karena sudah mesennya citilink lagi, yang kalau udah pesen, ga bisa di cancel-cancel atau digeser-geser lagi jadwalnya.

Jam 3, saya tidur di bis. Jam 4, bangun-bangun baru masuk Jakarta. Apaan ini. Sudah makin pasrah. Tapi jam 5an, Alhamdulillah, sudah sampai kami ke terminal 1C. Berkah bener rasanya. Buru-buru ke konter citilink, “Err.. Bapak mau ke Padang ya? Bentar.. ‘Broo, ini ke Padang masih bisa nggak?’ ‘Oke’. Baik Pak, masih bisa, silakan segera ke ruang tunggu ya Pak.”

Alhamdulillah malam nyampe di Padang dengan tagihan parkir 100ribuan, lumayan murah untuk 2 malam inap parkir. Sampai dengan pengalaman nyaris tak jadi pergi nyaris tak jadi pulang.
Jumat minggu lalu saya ke nikahan sepupu di Jakarta. Berangkat langsung habis pulang kerja. Rencana awal saya sendiri karena family-famili lain sudah berangkart di ahri Kamisnya yang tanggal merah. Tapi sesore itu juga ditelpon sama abang sepupu lainnya yang kerja di Payakumbuh. “Rif, penerbangan citilink jam 8 ya? Sama saya juga ntar. Tadi siang baru mesen tiket.”

Jam 7 malam saya sudah bandara, parkirin kendaraan dan cekin. Saya telpon abang sepupu saya itu, “Dimana bang?”

“Masih di Kayutanam, tadi macet di Silaing kena longsor sama hujan lebat.”

Ha? Kayutanam itu bisa 1 jam ke Padang. Saya cekin duluan aja. Abang sepupu saya itu tiketnya saya cetakin, tapi kata citilinknya ga bisa di bantuin cekin kecuali ada katepenya. Pokonya mereka cuma mau nungguin sampai jam setengah jam sebelum boarding. Jam setengah 8, saya melas-melas di konter cekin. Oke, 10 menit sebelum berangkat katanya sudah harus ada. Boarding pas ditahannya dulu. Saya telpon abang sepupu, masih di Lubuk  Alung. Alahhh…

Pesawat citilinknya sudah nyampe, saya sudah niatin pergi sendiri seperti rencana awal, abang sepupu sudah pasrah. Riskan juga dia nyetir ngebut. 10 menit menjelang boarding itu, sebagaimana yang di deadline sama petugaas konter, hampir hilang, kemudian tiba-tiba, “Pak Arif, kemana pak?” Saya noleh ada yang manggil.

Lho, itu Pak Oky, tau nggak? Pak Oky yang dulu nasabah saya. Pak Oky yang bekerja sebagai petugas keamanan bandara. Pak Oky yang pernah certain ke saya benda-benda aneh dan menjijikkan apa saja yang pernah dia lihat di monitor x-ray untuk tas dan bagasi. Saya ceritain apa yang terjadi, “Aman lah itu pak Arif.”

Akhirnya didapat kelonggaran, citilinknya mau nunggu sampai boarding, lewat dari itu ya risiko kami. Boleh. Abang sepupu saya juga hampir nyampai bandara, buru-buru parkirin kendaraan juga. Akhirnya berhasil berangkat sebelum pintu pesawat ditutup. Alhamdulillah. Terimakasih Pak Oky. Pheewwww…



bersambung...
"Dari Abdillah bin Umar RA berkata, 'seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, ia berkata, 'Ya Rasulullah, Aku datang hendak berbai'at kepadamu untuk berhijrah dan aku sampaikan meninggalkan ayah dan ibuku dalam keadaan menangis'. Rasulullah kemudian bersabda, 'kembalilah kepada orang tuamu, kemudian buatlah mereka tertawa sebagaimana engkau telah membuat mereka menangis" (HR. Imam Ahmad dalam musnadnya).

"Seorang pemuda datang dari Yaman datang berhijrah ke Madinah menemui Rasulullah SAW. Rasulullah SAW berkata kepadanya, 'engkau hijrah meninggalkan kemusyrikan dan sungguh itu adalah jihad di jalan Allah, tetapi adakah engkau masih memiliki orang tua?'
Pemuda itu menjawab, 'Ya.'
Nabi bertanya, 'Apakah keduanya mengizinkanmu?'
Jawabnya, 'Tidak.'
Maka bersabda Rasulullah SAW, 'kalau begitu kembalilah kepada orang tuamu. Jika kedua orang tuamu memberi izin, maka kembalilah (ke sini), namun jika tidak, maka berbaktilah kepada keduanya." (HR. Ahmad dan Thabrani)