Monday's Naming History

Pada awalnya, tetua-tetua di Britania Raya dulu itu hanya menamakan hari minggu saja dengan secara spesifik dengan dasar tertentu. Sunday. Hari cerah yang bermatahari. Nama-nama hari lainnya nggak dipikirkan, dibuat secara asal tanpa ada pertimbangan tertentu. "Ih, buat apaan mikir nama hari lain selain sunday itu." Kata mereka. "Bastard, we dont need another day except sunday. Even every day must be Sunday!" Disambut sama yang lain.

Dulu-dulunya mereka kerja ya kerja aja. Bercocok tanam, angkat barang di pelabuhan, menjadi klerk mengetik surat-surat, mencetak surat kabar, sore minum teh, malem ke bar. 

Sampai kemudian tuntutan industri membuat tetua-tetua Brits dulu itu harus bekerja lebih berat. Setalah hari Minggu, Sunday itu, masuk kerja itu adalah hal yang sangat-sangat tidak mereka sukai lagi. Bekerja bukan lagi untuk mengisi waktu, tapi sebagai tekanan. 

Sehingga seringlah mereka mengumpat, iya, macam kita sekarang. "Monyet, udah harus masuk kerja lagi". Nah, mereka juga, "Monkey, what a bloody hell...bollocks. It's a monkey day." 

Dan itulah kemudian asal-usul hari Senin itu disebut Monday dalam bahasa inggris. 


Disclaimer: The story above just a ficton. Don't put trust on it. Hahahaaa...
Kemudian, di Rabu pagi di parkiran belakang kantor pusat, yang ikut senam itu bukan lagi hanya untuk karyawan dan masyarakat sekitar sesiapa yang mau dan bisa aja. Sekarang, kabarnya sudah diwajibkan bagi keseluruhan karyawan area kantor pusat dan unit-unit lainnya (kecuali kantor Proyek, yang juga menyelenggarakan senam pagi sendiri).

Iya, beberapa bulan belakangan, banyak sudah yang berpulang, mendadak begitu saja di sela aktifitas keseharian, bahkan termasuk saat kerja di kantor pabrik, bahkan juga pimpinan tertinggi di kompani ini. Belum lagi yang disebabkan hal-hal lainnya.

Tapi memang, yang jadi fokus itu sepertinya karena adanya yang mendadak-mendadak begitu itu. Ada sedikit kecemasan bahwa aktivitas disini yang terlalu sibuk, banyak yang kurang bisa melakukan aktivitas olahraga untuk kesehatan. 

Ngeri. 

Resep Brownies Coklat Lezat

Terus, apa karena Tuan bisa masak kue bronis coklat, yang enak, Tuan kira saya tak bisa sama?
Halaahhh... Apanya yang rumit dari itu?

Begini Tuan, jikalau Tuan ada minat, baiklah ini saya share resep cara mendapatkan kue bronis yang enak begitu.

Bahan:
* Bensin
* Sepeda motor atau mobil
* Duit 50 ribu

Cara membuat:
Untuk membuat bronis, tambahkan bensin ke dalam kendaraan. Buka pagar, nyalakan kendaraan yang sudah diisi bensin, jalankan kendaraan ke D*rry Brownies. Lakukan transaksi, pilih bronis kesukaan sesuai selera. Kembali pulang.


Voilaaaa... Bronis coklat yang lezat siap disantap.

Itu tips pembuatan bronis dari saya. Mudah dan praktis.
Selamat mencoba.

Buktinya, minggu pagi kemarin saya juga sama banyak tiduran saja. Nonton kartun, nonton berita. Ada berita video anak sd di bukittinggi, rame-rame mukulin temen sekelas mereka, cewek, dan nggak ada satu diantara yang melerai. 
Ngeri, pada kenapa itu bocah? Liar begitu. Di Sumatera Barat pula. 

Tapi, terlepas bahwa itu adalah anarkis, dan kejam, dan bahwa memang kenyataannya begitu, rasanya ini saya mau menebak-nebak, kenapa teman-temannya korban tadi, rame-rame membully dia, dan ndak satupun mencoba membela. 

Mungkin, mungkin saja, si korban bully ini memang sudah sedari dulunya suka bikin kesal teman-temannya sekelas itu. Ada kan yang seperti itu kita temui semasa sekolah atau di lingkungan kerja? Sejenis public enemy gitu. Tiap apa yang dilakukannya itu bukan hanya bikin kesal seorang dua, tapi mayoritas orang dilingkungannya.

Ketika sudah memuncak, dan ada momen, pecahlah kesal itu. 

Cuma ya itu bedanya dengan video tadi, yang paling ringan sanksinya ya dikucilkan begitu ya? Sanksi sosial lah. Atau disidang rame-rame. 

Tapi itu video, pake fisik. Itulah nanti kesalahan holistik pendidikan di rumah, di sekolah, di tontonan, di permainan, di pergaulan. 

Karena dulu, kalaupun ada temen yang bikin kesel begitu, tak pernah saya dan kawan-kawan mukulin rame-rame, cewek pula. Kan harusnya disayang. ^_^

Ada, maksudnya, iya, bukan nggak pernah ada, ada, tapi kalau cewek itu memang nggak pernah. Cewek yang bikin kesel ya diselesein pula sama temen cewek. Yang cowok mah ada beberapa kali, Karena saya dulu pemberani, beraninya rame-rame maksudnya, beraninya sama yang kecil juga. Haha.  

Biasanya, kalau sudah bikin kesel banget, kita rencanain momennya, kita tentukan lokasinya. Nanti kita ajak teman yang ngeselin itu, ke musola sekolah kah (sepi, karena jarang yang ibadah kesana kan?),  ke toiletkah pas istirahat atau pulang. Disana kita rame-rame beri pengertian ke temen yang ngeselin itu. Pengertian melalui makian. Kalau melawan, ya dengan gebukan. 

Biasanya, biasanya, kalau sudah begitu, temen-temen yang ngeselin itu akan mengerti dengan sendirinya, hee. 

Selain membully, saya bukannya nggak pernah dibully juga, He. Ada waktu baru pindahan rumah. Perlu saya beri tau sebelumnya, pendiam itu beda dengan sombong ya. Itu yang kebanyakan orang masih melihat yang kasat dari mata. 

Saya dihadang main sepeda, dikasih pengertian lewat makian saya melawan, dikasih pengertian lewat gebukan, ternyata dari yang rame itu yang mau gebukin cuma sendiri, temen-temen yang lainnya mah tau saya pemberani, beraninya rame-rame tadi maksudnya, he. Paham konsekuensi sepertinya mereka. Yang sendiri tadi jadi paham kondisi karena teman-temannya paham konsekuensi. Jadilah cuma begitu saja. Haha.

Cuma sd smp sih saya begitu-begitu. Sma dan kuliah sudah hidup tenang lagi saja.

Iya, Tuan yang sekarang jadi guru, rasanya perlu juga Tuan belajar memahami situasi kelas. Tau bagaimana atmosfer pergaulan dan politisisasi di dalam sana. Mana yang lugas, mana yang culas. Mana yang pemalas, mana yang suka main terabas.  Yang seperti-seperti itu, menentang dari arus pergaulan, harus bisa didekati secara personal. Harus bisa diberi pengertian, sebelum teman-temannya yang bikin tindakan.


Sejarah Hari Raya Kurban

Ini sudah pada hari yang ketiga. Ayah kembali dengan resah menceritakan kepada Ibu dan saya, berkaitan dengan mimpinya yang selalu mengiringi tidurnya. Tiga hari berturut-turut! Mimpi yang sama. Maka cerita ayah hari ini tentulah juga sama dengan ceritanya kemarin, dan kemarin lusanya juga.

“Hhhh… Keluargaku, ini sudah yang ketiga kalinya dalam tiga hari ini, semalam aku tidur, masih dengan mimpi yang sama. Bahwa ada suara yang memerintahkan aku untuk melakukan sesuatu hal yang sangat berat untuk aku lakukan, tapi harus karena ini akan menjadi bukti taatku atas perintah Illaahirabbi.” Suaranya yang berat dan tertahan cukup jelas juga menggambarkan beratnya beliau punya pikiran dan menceritakannya.

Ibu, seperti kemarin ayah cerita, juga menangis kembali mendengar cerita ayah itu. Oh ibu. Tentulah berat untuknya, aku dititipkan Allah kepada beliau setelah beliau tua. Puluhan tahun menantikan kehadiran anak. Dan sekarang Allah kembali memintanya dengan cara yang, ah, tentu sebagai manusia yang bukan siapa-siapa, kita bilang kejam.

 “Aku dengan sangat meyakini dari dalam hati, bahwa itu adalah kehendak Allah, Ismail, betapapun itu terdengar kejam, aku..aku harus menyemblih anak kandungku sendiri. Haruskah aku sekali ini, sekaliiii ini untuk tidak menuruti perintah-Nya?” Ayah melanjutkan keluh kesahnya. Sendu ibu semakin menjadi-jadi.

Entahlah Tuan, meski ayah sedang merasai beban yang sangat berat, ibu mengalami beban mental yang sangat kuat, entah kenapa, saya merasa sangat tenang saat itu. Rasa tak ada yang perlu dikhawatirkan dalam kondisi itu. Padahal ujung solusi dari beratnya beban ayah dan kesedihan ibu, tak lain adalah binasanya saya dari dunia. Ya, memang manusia semua ini akan binasa, tetapi, dipenggal, oleh ayah kandung sendiri, dengan sebuah kesengajaan yang meski beralasan, saya harusnya saat itu punya banyak alasan untuk menentang. Tapi nggak, saya tenang.

Pada cerita ayah yang dua kali sebelumnya, saya sudah menyampaikan agar ayah menguatkan hati melaksanakan perintah itu dan menyabarkan hati Ibu. Ini juga rasanya saya yang mesti turut menguatkan hati ayah. Tidak usah pikirkan saya. Apa yang mesti ditakutkan? Apa yang mesti diragukan dari perintah itu?

Saya ingat cerita ayah yang waktu dulu membabat habis semua kepala-kepala berhala dan hanya menyisakan satu kepala berhala besar. Apa ayah kemudian mendapat celaka? Tidak. Berhala-berhala itu tak punya kuasa terhadap ayah. Jangankan patung begitu, saya juga ingat ayah akan dibakar oleh raja lalim Namrud, apa ayah mendapat derita? Jangankan tewas, bahkan sedikit luka bakar pun tak dirasa oleh ayah.

Hal-hal serius dan menakjubkan seperti itu, lebih dari cukup untuk tidak meremehkan perintah yang didapat ayah melalui mimpi. Bisikan dari setan? Ah, tak akan mampu mereka itu memasuki alam tidur ayah.

“Ayah, saya mengerti. Segeralah ayah laksanakan perintah dari Allah. Tak elok kalau ditunda-tunda sedangkan ayah sudah sering beroleh instruksi. Tak usah kuatirkan aku, ayah melaksanakannya karena iman, akupun begitu. Aku meyakini bahwa Allah menaungi kita dan tidak ada sedikitpun keburukan dari perintah itu. Oh ibu, bersabarlah engkau, Bagaimanapun kita hanya makhluk-Nya. Banyak cara Allah untuk memulangkan kita kembali. Ini tak lain adalah salah satu dari cara tersebut.”

Saya rasa, keteguhan hati saya ini cukup membantu dan memantapkan hati ayah dan ibu. “Tapi ayah, saya hanya minta satu hal, tolonglah agar ayah menajamkan pisau yang akan ayah gunakan untuk menyemblih saya nantinya. Agar tak perih saya punya luka, tak sakit saya saat sekarat”

Hari yang ditentukan pun tiba. Itulah tanggal 10 Zulhijah. Ayah membawa  saya menjauh dari rumah. Tentulah bertujuan agar ibu tak menjadi sedih. Mata saya pun ditutup, tentulah agar pandangan terakhir mata saya bukan gambaran bagaimana ayah menghunuskan pisaunya ke leher saya. Sedikit ngilu juga itu saya bayangkan.

Tapi entah apa, saya merasa aneh. Tubuh saya serasa ringan, terasa melayang. Tubuh ini seperti mati rasa. Beginikah sekarat? Tapi tidak, saya rasakan sekarang saya berdiri, kesadaran tubuh saya mulai sangat pulih. Tak jadikah ayah menunaikan niatnya?

Saya buka kain pengikat kepala yang menutupi mata ini. Aneh, saya berdiri beberapa lagkah di belakang ayah. Beberapa langkah dari tempat saya dimana tadi rasanya masih terbaring. “Ayah,.” Saya menghampiri ayah yang sepertinya juga mendapati diri sama sedang bingung. Dari belakang  ayah saya bisa melihat, seekor domba telah bersimbah darah di lehernya, tepat dipembaringan saya tadinya.

Yang kemudian saya tau bahwa adalah betapa ayah langsung mengucapkan asma Allah, merasa haru, merasa syukur. Belakangan, saya tau, di Quran surat Ash Shafaat, bahwa semua rangkaian peristiwa itu adalah ujian dari Allah. Dan betapa bahagianya kami, di ayat 102-107nya itu disebutkan bahwa penggantian saya dengan domba itu adalah bentuk balasan dari Allah atas kesabaran kami terhadap ujian tadi.

Saya juga tau, agama Islam yang dibawa Muhammad SAW memerintahkan pelaksanaan kurban setiap tahunnya pada tanggal 10 Zluhijah itu. Tentu itu juga menjadi gambaran tentang ujian, tentang cobaan. Semoga umat Muahammmad dapat memaknainya seperti bagaimana kami memaknainya dahulu.

6 Zluhijah 1435 H
Ismail bin Ibrahim