Luak (2)

Ada juga sih Luak yang tidak dikhususkan untuk gender tertentu, tapi hanya ditujukan untuk mencuci, karena agak terbuka tempatnya. Ada juga mungkin beberapa orang yang disebabkan Luaknya penuh, dan buru-buru, tetap nekat mandi disana. Hal-hal seperti itu risikonya ya tanggung sendiri.

Di dekat masing-masing luak, dibuatkan sebuah gubuk atau semacam ruangan, seukuran surau kecil, bisa untuk salin pakaian, bisa untuk solat, bisa untuk nggosip sambil nunggu antrian mandi.

Sampai awal dekade 2000an, mandi di Luak itu masih hal yang wajar, dan seru. Antara jam 7-9 pagi itu, rame bener yang mandi, kadang-kadang ketemu ular sebagai selingan L. Sorenya selepas ashar, Luaknya rame lagi.

Sekarang hampir semua rumah sudah berkamar mandi. Hampir semua rumah ber jet-pump. Hampir semua rumah telah disentuh oleh PDAM. Sehingga warga yang mandi ke Luak ini tidak lagi seberapa dan untuk kondisi-kondisi tertentu saja.

Kalau kita beregois untuk menyayangkan berkurangnya tradisi unik seperti itu, sayang sama saudara-saudara kita yang disana. Apa Tuan sanggup tiap hari jalan beratus meter untuk mandi, pulangnya harus mendaki sekitar 50an anak tangga, jalan lagi ke rumah. Nyampe rumah keringetan lagi. Atau pas habis dari Luak sudah langsung berganti sama baju sekolah, tau-tau di jalan pulang itu tetiba hujan deras.

Apa nyonya sanggup, bawa beban cucian yang kalau berangkat sih iya, menurun, ringan pula. Tapi pas pulangnya, bawa cucian yang sudah basah, bertambah berat oleh air yang masih lekat di kain, mendaki pula puluhan anak tangga untuk pulang? Sanggup? sanggup? Belum lagi kalau bawa anak yang masih kecil dan rewel, kalau tak sabar-sabar, bisa saja gelap mata dan tendang itu anak ke jurang bawah sana. Hahaha.

Tapi mungkin juga itu yang membuat dulu warga Sungayang tangguh dan kompak, kalau generasi sekarang gimana ya?

Untuk saya pribadi pun, ada juga bagusnya rumah-rumah di Sungayang sekarang ini sudah berkamar mandi. Lebih private iya, meski sebagai orang yang malas mandi, ada alasan saya yang lain yang lebih penting dari itu: bagaimana mungkin kita harus mandi dengan sumber mata air langsung yang sangat dingin itu? Bukankah bunuh diri adalah sebuah tindakan yang sangat dilarang oleh agama?

Kalau harus mandi di luak itu, karena rame, akan ketauan siapa yang hanya datang dan kemudian nggak mandi, jadilah saya mengikuti prosesi bunuh diri masal itu. Tetapi kok mereka biasa aja ya? Heran. Kurang beriman nih…

Nah kalau dengan sistem kamar mandi di rumah, kita cukup masuk, dan ketika keluar nggak ada yang tau apakah kita beneran mandi di dalemnya atau nggak. Heee…

Iya, akan ada masanya saya kira kemudian benar-benar nggak akan ada warga yang mandi ke sana lagi dan tempatnya kemudian hanya jadi sarang belukar. Maka sebelum itu benar-benar terjadi, biar sedikit saya dokumentasikan untuk dikenang-kenang.




Tidak ada komentar: