Efisiensi

Berusia lebih dari 100 tahun, sekedar pasang surut usaha tentunya lumrah. Kini jaya, dulunya pernah terseok-seok, biasa. Dulunya berbangga, besok bertunduk kepala, biasa. 

Karena faktor internal bisa, pengaruh eksternal juga. Terlepas kondisi lesu sekarang, yang saya nggak akan bilang bahwa itu akibat pemerintah yang loyo, walaupun memang nyatanya begitu. He. 

Satu dekade lalu juga pernah kondisi perusahaan down begitu. Akhirnya bisa bangkit lagi kok. Konon ceritanya tahun-tahun 70-80an, dekade setelah pengambilalihan, itu juga pernah terjadi kondisi serupa. Tapi cerita menarikya pada saat itu, menurut sumber-sumber cerita, bahwa pada saat itu perusahaan membutuhkan tenaga kerja. 

Warga disekitar perusahaan, yang tau pekerjaan di perusahaan ini bergelimang debu, ditambah kondisi perusahaan, emoh untuk masuk sebagai karyawan. Bahkan yang sudah di dalam sebagai karyawan pun, malah ramai keluar. "Kerjaan kotor, mau bangkrut pula." Begitu mungin mereka punya pikir. 

Tapi ya itu tadi, dulu jaya kini tak berpunya, atau sebaliknya, rasanya biasa. Maka mestilah kita tau bagaimana manajemen meyakini prinsip going concern perusahaan. Selama masih dalam trek, ombak turun itu bisa dimaklumi. Kecuali bagi yang tidak. 

Warga sekitar pada masa itu memilih tidak. Kondisi beberapa tahun belakangan, dekade dekade setelah itu, yang saya tau bahwa warga disekitar perusahaan sering demo, menuntut agar perusahaan mengalokasikan sebanyak-banyaknya warga untuk bekerja di perusahaan. Hal-hal demikian bisa kita istilahkan dengan sebutan dinamika. 

Tidak ada komentar: