Merindukan Ketakutan

Ketika otak kita tiba-tiba memikirkan dan hati kita merenungkan kematian, ada semacam ‘pemberontakan’ nurani yg seakan-akan ngomong “udah, stop. Ganti topik aja, mending mikir yg laen”. Sayangnya semakin kita coba lupain justru makin keinget-inget, yg ujung-ujungnya menghadirkan ketakukan buat diri sendiri. Tapi ga ada yg salah dengan mengingat kematian. Bahkan yg gw tau ada hadis Rasul SAW yg nyuruh kita untuk banyak-banyak mengingat kematian. Semakin sering makin baik, agar selalu bisa introspeksi serta mendekatkan diri pada Sang Pemilik Kehidupan: Allah Al-Muhyii Al-Mumiit.

Gw udah pernah baca beberapa buku yg ngebahas tentang kematian. Mulai dari yg pembahasannya emang-bener2-bisa-dipertanggungjawabkan ampe yg pembahasannya nyeleneh2 yg justru jauh dari logika. Dari beberapa buku yg udah gw baca, yg paling berkesan yaitu bukunya Imam Al-Ghazali yg judulnya Metodologi Menjemput Maut yg ngejelasin secara sistematis sebuah kurva korelasi antara kehidupan, harapan, dan kematian. Satu-satunya buku yg bisa bikin gw sempet parno kalo mo tidur malam2.

Waktu jaman sekolah dulu, ada guru gw (guru beneran, bukan guru yg ngajarin gw tindakan-tindakan kriminal kayak sekarang) yg ngomong gini: “Apa yg perlu kita takutkan dengan kematian? Kalo kita hidup sesuai tuntunan, kematian tidak akan menjadi hal yg menakutkan. Bahkan akan menjadi hal yg dirindukan, karna kita akan segera bertemu dengan Sang Pencipta. Tapi MERINDUKAN KEMATIAN dan MENGHARAPKAN KEMATIAN adalah hal yg BERBEDA. Rindu akan kematian dimiliki oleh orang-orang yg berpegang teguh pada ajaran Allah, sedang mengharapkan kematian adalah harapan-harapan orang yg tak tau arah hidup. ”

Tapi di lain waktu gw pernah denger ada ustad ngasih analogi kek gini:
“Bayangkan jika anda bertemu dengan orang yg sangat baik pada anda, entah itu saudara, tetangga, atasan anda, atau yg lainnya. Dia sering membantu menyelesaikan masalah anda, dia juga sering memberi sesuatu yg bermanfaat bagi kehidupan anda. Padahal anda sebenarnya tak meminta pada orang itu, bahkan orang itu melakukannya dengan ikhlas tanpa berharap balasan apa-apa.
Lalu bayangkan jika tiba-tiba anda berbuat salah pada orang itu, walaupun tanpa sengaja, sekecil apa pun kesalahan anda, tentu anda akan sangat merasa malu dan takut untuk bertemu dengan orang itu lagi kan?
Jadi bagaimana mungkin ada orang yg tak takut mati, padahal ia akan dipertemukan dg Zat yg telah menolongnya selama ini, telah memberi yg ia butuhkan. Sedangkan tak ada manusia yg tidak ada dosa terhadap Tuhannya. Tidakkah seharusnya kita merasa malu jika menginginkan kematian yg cepat?”

Entahlah…
Begitu banyak yg kita takutkan tentang kematian, udara terakhir yg kita hirup, kehidupan alam kubur, kehidupan akhirat, surga neraka, orang-orang di sekitar kita, dan keabadian setelahnya…

“Melalui sentakan-sentakan kecil
Kembali Engkau sadarkan
untuk beranjak dari persinggahan
dalam menyongsong-Mu…”

Tidak ada komentar: