Demi Garuda

Kalau kita buka-buka lagi buku pengetahuan umum yang pernah kita gunakan dahulu sewaktu jaman esde-esempe, atau yang sekarang digunakan oleh adek-adek kita di sekolah, di halaman yang mencantumkan jenis-jenis hewan yang dilindungi di jagat raya ini, kita akan tau bahwa binatang BADAK merupakan salah satu diantaranya.

Penampilan fisiknya jauh dari indah dibanding Merak dan tidak segagah Harimau, dia juga sama sekali ga mengesankan penampilan berwibawa seperti Garuda yang sama-sama dilindungi.
Ciri khasnya yaitu cula yang terdapat di bagian hidung serta kulit yang menutupi tubuh dan wajahnya: TEBAL. Dikategorikan dilindungi karena populasinya udah sangat langka dan sangat sulit ditemukan bahkan di habitatnya sendiri. Perkembangbiakan Badak pun ibarat musim: kemarau.

Di tengah pelestariannya yang ekstra itu, keknya petugas konservasi ga nyadar kalo sebenarnya ada satu Badak yang lolos dari perhatian, padahal Badak tersebut berkeliaran di Jakarta yang padat penduduk, tepatnya di kawasan Senayan. Lebih mencengangkannya lagi Badak tersebut memiliki kantor yang bernama PSSI. Para supporter Timnas Indonesia memberi nama Badak bermuka tebal itu: NURDIN HALID.


Tak ada satu kebanggaan pun yang diperoleh Indonesia sejak dipimpin si Muka Badak itu. Melihat prestasi tim Merah Putih, mungkin di buku pengetahuan umum terbaru, Timnas PSSI juga dicantumkan dalam daftar dilindungi, karena langkanya prestasi yang diraih.

Melihat performa di AFF Suzuki Cup terakhir, gw ga nyalahin para pemainnya yang sudah berkontribusi maksimal, gw salut pada Riedl dengan disiplinnya, dan gw bangga dengan supporter yang sportif en ga rusuh, bukan politik yang mendamaikan Indonesia, bukan pemerintah yang menyatukan kita, tapi cukup sepakbola. Sepakbola pula yang menyatukan kita untuk setuju menyalahkan PSSI sebagai biang keladi!

Kemenangan telak atas Malaysia dan Laos pada babak penyisihan yang jadi kebanggaan? Apa sih, Indonesia pernah mengalahkan Filipina dengan skor lebih besar di AFF 2002 dengan skor 13-1.

Firman Utina yang memperoleh MVP yang dibanggain? Apa sih, tanpa mengenyampingkan gelar yang didapat Firman, sejak AFF tahun 2000 selalu ada aja pemain Timnas selalu memperoleh gelar topskorer, tapi sekarang nggak.

Penampilan impresif timnas yang menjadi finalis yang membusungkan dada? Apa sih, kalau cuma final udah empat kali kita capai, udah biasa, bahkan tahun ini sudah memakai tenaga pemain naturalisasi, tetep aja nggak juara.

Ada yang ga setuju sama pandangan gw? Tapi faktanya, secara grafik, penampilan timnas di ajang AFF dari tahun ke tahun malah menurun. Itu baru di AFF Cup, di ajang SEA Games 2009, Timnas menurunkan tim yang udah dibina di Belanda selama dua tahun, hasilnya: tiga kali main babak penyisihan, tiga kali kalah, oleh Laos pula, jadilah juru kunci grup.

Di Piala Asia, jika tahun 2004 Timnas meraih satu kali menang dua kali kalah, di tahun 2007 grafiknya juga sama, tapi ketika itu Indonesia jadi tuan rumah. Jadi selama tiga tahun timnas ga ada peningkatan apa-apa padahal udah dikasi ‘bonus’ sebagai tuan rumah! Malah lebih nyedihin lagi karena untuk Piala Asia 2011 Indonesia ga lolos kualifikasi. Grafik menurun lagi.

Piala Dunia? Oh, gw bahasnya kejauhan, belum nyampe-nyampe sana..

Hal-hal kek gitu yang digunain si Muka Badak Nurdin Halid untuk membesar-besarkan hati supporter Timnas Indonesia. Padahal satu-satunya yang akan membuat supporter senang adalah lengsernya dirinya sebagai Ketua Umum PSSI. Sekarang juga!

Harapan supporter keknya sulit tercapai karena walau Presiden Indonesia sudah berganti beberapa kali, bahkan FIFA udah mengeluarkan ultimatum ke PSSI, tapi ketua umum PSSInya masih elu lagi-elu lagi, bukankah dia seharusnya sadar diri.
Bukankah kita akan jadi berfikir bahwa satu-satunya hal di muka bumi yang akan melengserkan Nurdin (seperti badak-badak lainnya) adalah kepunahan dan ditembak pemburu liar??? Bukankah demikian?

Tidak ada komentar: