Analisa Sektor Keuangan Bursa Efek Indonesia


Setahun terakhir, indeks sektor keuangan di Bursa Efek Indonesia telah naik sekitar 25%.  Terlebih pada empat bulan awal tahun 2013 ini, indeks keuangan melonjak tajam 12.9% (melebihi kenaikan indeks utama/IHSG ) seolah tanpa ada tekanan berarti. Apalagi jika dilihat sejak tiga tahun terakhir seperti yang diperlihatkan chart di bawah, kenaikan indeks keuangan tahun ini merupakan kenaikan yang paling tinggi jika dibandingkan dengan kenaikan-kenaikan tahun-tahun sebelumnya yang lebih fluktuatif. 
Dalam sektor keuangan Bursa Efek Indonesia ini terdapat enam subsektor dimana jumlah emiten terbanyak terdapat pada subsektor perbankan dibandingkan subsektor lainnya seperti asuransi, sekuritas, pembiayaan, dan lain-lain. Bahkan tiga emiten perbankan BBCA, BMRI, dan BBRI termasuk ke dalam 10 besar saham dengan kapitalisasi terbesar di Bursa Efek Indonesia.
Dengan jumlah emiten yang paling banyak, industry perbankan merupakan penggerak utama di sektor keuangan ini, disamping fakta lain bahwa kegiatan bisnis perbankan menjangkau dan menopang banyak sektor-sektor lain yang bergantung kepada mereka, dibandingkan subsektor keuangan lain. 
Namun uniknya pada tahun ini, kinerja cemerlang sektor keuangan di BEI tahun ini justru bukan dari saham-saham perbankan big cap tersebut. Saham-saham blue chip perbankan relative mendorong indeks dengan kontribusi standar. Saham  yang mengalami kenaikan paling tinggi hingga tahun ini adalah BBKP (Bank Bukopin) dan BJTM (Bank Pembangunan Jawa Timur).
 
Sayangnya kenaikan saham secondliner di bursa ini lebih disebabkan aksi korporasi yang disertai rumor daripada imbal dari kinerja yang bagus. Seperti BJTM yang akan membagikan dividen dengan yield 14% dari harga sahamnya saat ini, padahal untuk tahun 2012, BJTM mengalami kerugian usaha sebesar 18% dari 860 miliar menjadi 725 miliar.
Begitupun saham BBKP, meski mengalami peningkatan laba sebesar 12%, kenaikan BBKP lebih didorong akibat isu rencana akuisisi Bank Bukopin oleh Bank BRI karena kesamaan pada lini bisnis.
Akibat kenaikan indeks keuangan yang telah jenuh beli, diperkirakan dalam beberapa bulan ini indeks sektor keuangan akan mengalami koreksi terbatas. Dari grafik yang ada, terlihat indeks yang mengalami strong uptrend telah menyentuh resisten dan masih gagal melanjutkan kenaikan, koreksi diperkirakan akan berada antara antara level 643-620.
 
Dalamnya koreksi bisa jadi akan tertahan akibat keyakinan Gubernur BI (Darmin Nasution) seperti yang diberitakan inilah.com, bahwa inflasi yang sempat mencapai 5%-6% akibat kenaikan harga bawang, cabai, dan daging sapi akan dapat dikontrol hingga target inflasi tetap berada pada level 4.5%.
Demikian pula dengan kecemasan kalangan pasar terkait jumlah kredit konsumtif yang disalurkan kepada masyarakat dikhawatirkan akan menjadi buble. Namun kembali Gubernur BI meyakini kredit yang tersalurkan itu masih jauh dari buble. Alasannya karena pengguna kredit adalah masyarakat umum yang merupakan end user dari produk yang dikreditkan. Ini terbukti jika dilihat dari contoh salah satu bank, Bank Mandiri (BMRI), dimana kredit macet BMRI yang mencapai Rp. 32T, 50% lebih disumbang oleh sektor korporat, bukan dari nasabah individu.
Hingga akhir tahun, diperkirakan indeks sektor keuangan masih akan melanjutkan kenaikan, meski tidak akan sedrastis kuartal I tahun 2013 ini. Saham-saham unggulan perbankan tetap akan mendominasi kenaikan dan layak untuk investasi baik jangka pendek, menengah, maupun  jangka panjang, dengan tetap mengikuti berita serta kinerja perusahaan yang bersangkutan dan memanfaatkan momentum teknikal.





Tidak ada komentar: