Review dan Analisis Sektor Batubara 2 April 2013


Pada tahun 2012, terjadi penurunan tajam harga batubara dunia yang mencapai 40% akibat krisis keuangan yang terjadi di Amerika dan Eropa. Penurunan harga batubara yang tajam berdampak negatif terhadap pendapatan industri batubara terutama pada perusahaan batubara itu sendiri.
Dalam skala global, terlihat pada indeks Dow Jones Basic Resource Titans 30, terdapat penurunan tajam semenjak Februari 2012 dari level 306 hingga bulan Juli 2013 di level 217. Meskipun sempat berusaha recovery sampai akhir tahun di level 270, namun semenjak awal tahun 2013, indeks tersebut kembali anjlok hingga saat ini berada di 230. Melihat penurunannya yang telah melewati batas support Fibonacci setahun terakhir di 236, diperkirakan indeks Dow Jones Basic Resources ini akan kembali drop pada harga terendah tahun lalu di 217. 
Jika rentang waktu diperkecil, semenjak awal 2013, saat ini indeks 30 perusahaan pertambangan Dow Jones berada dalam posisi paling rendah di Fibonacci 100% dan belum memperlihatkan sinyal untuk menguat.
Begitupun pada indeks sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia, penurunan tajam terjadi semenjak awal tahun 2012 hingga mencapai level terendah bahkan hingga akhir tahun di bulan Desember. Indeks turun dari 2853 hingga 1759. Pada awal tahun sempat terjadi sedikit lonjakan, namun kemudian justru semakin turun melewati penurunan terdalam pada bulan Desember.

Penurunan pada tiga bulan awal tahun ini ditunjukkan pola Head and Shoulder dimana puncak tertinggi antara neckline dan head terjadi pada 15 Februari 2013 dengan selisih hingga 6%. Maka ketika neckline yang menjadi level support tersebut break, penurunan yang terjadi juga hingga 6% di 1754.
Saat ini grafik pertambangan telah berada di titik terendah dan sedang mencoba melewati level resisten Fibonacci di 1790. Namun jika gagal break resist, indeks diperkirakan kembali turun.
Beberapa sentimen yang menghambat seperti yang disampaikan oleh Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Indonesia (APBI) di awal tahun dalam situs resmi APBI bahwa produksi batubara akan tertahan pada tahun 2013 ini baik untuk ekspor maupun konsumsi domestik. Kebutuhan batubara dunia sedang tertahan akibat dampak perekonomian global yang masih terjadi saat ini.
Penurunan Indeks sektoral batubara Indonesia juga merupakan refleksi dari kinerja emiten-emiten batubara di Indonesia. Tiga perusahaan diantaranya PT. Harum Energy Tbk. (HRUM), PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA).
Dalam Summary and Highlights 2012 tanggal 28 Maret 2013 lalu, terlihat HRUM mengalami penurunan kinerja keuangan. Laba bersih HRUM turun sebesar 19.4%. Akibatnya, meskipun Asset dan Equity HRUM bertambah, namun ROA dan ROE juga tetap menurun dibanding tahun 2011.
 PTBA juga mengalami hal serupa. Dalam financial highlights yang dirilis tanggal 25 Maret 2013, diperlihatkan bahwa PTBA mengalami penurunan laba bersih dari tahun sebelumnya, yang mengakibatkan ROA dan ROE nya juga turun.
Secara grafik, juga terlihat HRUM mengalami pergerakan yang lebih buruk dari PTBA. Harga saham HRUM saat ini menjadi harga terendah sejak pertamakali listing di bursa, dan dari beberapa indikator teknikal, HRUM memiliki level resisten yang masih jauh.
Sedangkan PTBA meskipun turun sejak tiga bulan, namun masih cendrung sideways, apalagi rally dalam seminggu terakhir cukup member harapan untuk kenaikan saham. Melalui Fibonacci, target harga terdekat PTBA saat ini bisa mencapai 15423.

 Penurunan laba perusahaan batubara tidak cuma dialami oleh dua emiten di atas, namun juga pada hampir seluruh emiten pertambangan batubara, bahkan ITMG (PT. Indo Tambangraya Megah Tbk.) untuk tahun buku 2012 mengalami penurunan nilai asset.
Kecendrungan penurunan nilai saham pertambangan selama tiga tahun terakhir baik dari indeks Mining Dow Jones maupun indeks pertambangan di Indonesia selalu terjadi pada semester pertama pada tiap tahun. Harga saham-saham kembali naik setelah berada pada semester ke dua, selain dimana negara-negara barat mulai memasuki musim dingin.
Setidaknya, dengan penurunan yang telah banyak di awal tahun yang telah mencapai bottom, akan ada kemungkinan sektor pertambangan akan kembali menguat pada semester kedua tahun ini.




 

Tidak ada komentar: