Paradoks Keadilan Amerika, Kaitannya?

Ketika pertama kali ditemukan berabad-abad lalu, Christoper Columbus ga pernah ngebayangin bahwa Amerika akan menjadi negara yang digdaya di hamparan jagat raya seperti saat ini. Dengan sistem sistem ekonomi yang dianutnya, demokrasi yang diusungnya, dan jargon HAM yang dibangga-banggakannya, Amerika telah menjadi negara super power yang ga ada tandingannya. Mereka berusaha menjadi polisi dunia yang merasa wajib menegakkan keadilan dan memberangus tindakan-tindakan yang mereka anggap akan mengganggu ketentraman dunia. Suatu sikap parno berlebihan karena kita tau bahwa sebenernya yang mereka cemasin adalah ketentraman mereka sendiri.

Amerika terus maksain egonya untuk melarang pengembangan teknologi nuklir yang dirintis negara-negara kek Iran atau Korea Utara. Senjata pemusnah massal dan pelanggaran HAM menjadi isu yang digunain Amerika sebagai alasan pelarangannya. Alasan yang dikeluarkan ketika di saat yang sama mereka sendiri juga tengah mengembangkan nuklir (tapi ga sesukses Iran), alasan yang juga dikemukakan ketika di saat bersamaan, sekutu sedarah mereka Israel, tengah melakukan kejahatan perang, menginjak-injak HAM yang mereka agungkan.

Lantas dimana letak keadilan Amerika? Kalo meliat apa yang sebenernya terjadi, bahwa bagi Amerika keadilan adalah paradoks. Di satu sisi mereka menghendaki negara lain menuruti keinginannya, di sisi lain mereka sendiri melanggar keinginan tersebut. Maka paradoks keadilan yang dialami Amerika berpotensi berujung pada hipokrisasi. Jadi ga heran kalo Iran dan Korut nggak terlalu manut dengan larangan tersebut.

Trus apa hubungan paradoks keadilan Amerika dengan postingan gw sekarang? Gw juga bingung, yang pasti bukan tentang politis Amerika-nya, tapi lebih ke sisi humanisnya sih sebenernya. Gw cuma mo ngegambarin aja, karena gw pikir, sikap kita sebagai manusia dalam bersikap sesama kita, kadang juga ga beda tabiatnya entah itu bagai Amerika yang arogan, atau seperti Korea Utara dan Iran yang suka melawan. Sama kek Amerika di atas, kadang kita pingin orang lain menuruti kehendak kita, tapi kitanya sendiri malah ga ngelakuin apa yang kita kehendaki itu. Adilkah?

Tidak ada komentar: