Sumpah Palapa yang Tiada Artinya

Terus kenapa selalu sumpah Patih Gajah Mada yang terus diulang-ulang oleh para tokoh bangsa ini, oleh guru-guru bangsa ini, kalau sedang berorasi dan menceramahi masyarakat. Selalu dengan sumpah palapa-nya Gajah Mada untuk menekankan kepada masyarakat betapa pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia ini.

Bukan saya tak setuju Gajah Mada itu adalah tokoh hebat. Panglima perang dan layak dijadikan pahlawan nasional juga kalau memang iya. Bukan saya tak setuju juga dengan ide persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Itu adalah yang mutlak juga saya yakini.

Tapi kenapa untuk menjunjung ide itu, harus mengambil referensi sumpah palapanya gajah mada. Tidak relevan dan korelasinya tak cocok. Ini deh saya terangkan saya punya alasan. 

Satu. Itu kelamaan Tuaannnn... Patih Gajah Mada melontarkan sumpah itu di tahun 1300-an . Lha zaman begini, ide persatuan dan kesatuan itu mestinya dipancing dengan contoh dan motivasi yang relevan. Pakai provokasi dengan betapa perpecahan bangsa itu hampir-hampir tak ada kalau sudah menyangkut pertandingan tim nasional Indonesia. Patih Gajah Mada ngambek emoh makan buah Palapa aja berabad-abad lalu, urusan kita apa? Om bukan tetangga nggak. Kenapa kita yang repot.

Terbayang saya bapak-bapak bangsa(t) saat ini berkoar-koar, "Rakyat-rakyat Indonesia tercinta, kita harus menjunjung persatuan dan kesatuan, ingat, pahlawan kita terdahulu, Patih Gajah Mada bahkan sampai bersumpah tidak akan memakan buah palapa sampai nusantara bisa disatukan. Cita-cita luhur itu perlu kita teruskan dan kita perjuangkan bersama-sama.

Ih, apanya yang turut diperjuangkan, sedangkan bagaimana macam buah palapa ini saja saya yakin banyak yang tidak tau bagaimana wujudnya. Palapa. 'Pala lu mirip kelapa? Itukah?

Dua. Tidak ada peninggalan bukti bahwa Gajah Mada tetap memegang teguh sumpahnya atau tidak. Siapa tau dia sebenarnya telah melanggar sumpah, tapi berkat dukungan kuat media pada masanya (^_^), jadi nggak ada yang tau bahwa beliau telah melanggar sumpah. Seperti orang-orang yang kelebihan berat badan terus bersumpah tak akan makan junk food hingga langsing. Banyak cheat yang mereka lakukan. Tertipulah bangsa ini berabad-abad lamanya.

Tiga. Sebaliknya. Tak ada juga satu tulisan yang mengabarkan bahwa palapa itu adalah buah kesukaannya atau tidak. Bisa jadi kan. Hingga kemudian Gajah Mada tak terlalu khawatir melanggar sumpah. Karna toh nggak dengan sumpah aja beliau tidak mau makan buah palapa. Seperti orang-orang kelebihan berat badan karna lemak kemudian bersumpah tak akan jadi vegetarian hingga kurus. Tak ada gunanya. Tertipulah bangsa ini berabad-abad dan terkesima dengan sumpahnya.

Empat. Tidak ada referensi yang dapat meyakinkan bahwa motivasi Gajah Mada untuk menyatukan nusantara itu serupa dengan motivasi kita saat ini untuk bersatu. Gajah Mada ini hanya patih, panglima, utusan. Penerima mandat. Mandat si Raja yang punya kuasa. 

Gajah mada itu patih di zaman kerajaan Majapahit. Salah satu kerajaan besar dunia pada masanya. Namanya kerajaan lawas. Perluasan kekuasaan itu dilakukan dengan pertumpahan darah. Penumpasan kerajaan-kerajaan yang lemah yang notabenenya juga adalah bagian dari nusantara. Coba diperjelas. Gajah Mada ini menghancurkan dan memporak-porandakan kerajaan-kerajaan lain di nusantara. Dan kemudian mencoba menyatukan mereka. Apa bedanya Majapahit dengan kompeni? Apakah patut semangat Gajah Mada menyatukan nusantara dengan demikian rupa disamakan dengan semangat kita untuk menyatukan nusantara?

Sejarah, di Indonesia, justru dapat mengaramkan pengetahuan masyarakat bangsanya. Segala sumpah palapa lah yang dijadikan motivasi, segala komunis lah yang ditumpas dan dihinakan begitu saja serta dituduh makar (meskipun saya juga tak setuju dengan komunis), r.a kartini lah yang disanjung-sanjung entah iya bukunya mencerahkan entah tidak.

Tidak ada komentar: